Kiai Abuya Muhtadi Minta Ansor Bentengi NKRI dari Ancaman Paham Radikal
Ansor harus mengantisipasi segala kemungkinan. Menjaga negara baik-baik. Sekarang ini banyak ormas-ormas berpaham radikal ...
Penulis: Kisdiantoro | Editor: Kisdiantoro
TRIBUNJABAR.CO.ID, PANDEGLANG - Kiai kharismatis dari Pondok Pesantren Cidahu, Pandeglang, Banten, KH Abuya Muhtadi, mengajak masyarakat ikut memberikan sumbangsih kepada negara agar paham radikal bisa dibendung.
Dia juga meminta kepada Gerakan Pemuda Ansor untuk ikut terlibat mengantisipasi berkembangnya paham radikal agama tersebut.
"Ansor harus mengantisipasi segala kemungkinan. Menjaga negara baik-baik. Sekarang ini banyak ormas-ormas berpaham radikal yang mencoba mengacak-acak negara dan masyarakat," tegas KH Abuya Muhtadi, di depan ratusan kiai muda Ansor se DKI, Banten, dan Jawa Barat, di Ponpes Cidahu, Pandeglang, Banten, Senin (20/11).
Dikutip dari rilis yang diterima Tribun Jabar, Selasa (21/11/2017), sekitar 400 kiai muda yang tergabung dalam Rijalul Ansor tiga provinsi tersebut datang ke Ponpes milik Abuya Muhtadi untuk mengikuti Halaqoh Kiai Muda Gerakan Pemuda Ansor bertema "Di Mana Bumi Dipijak, di Situ Langit Dijunjung", yang berlangsung hingga Senin (20/11) malam. Hadir sebagai pembicara Khatib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Lesbumi PBNU KH Agus Sunyoto, dll.
Ketua PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas yang juga hadir dalam acara itu mengatakan, acara halaqoh ini salah satunya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui para kiai muda untuk mewaspadi penyebaran paham radikal atas nama agama.
Istri Ridwan Kamil Menjerit Lihat Video Ini, Ratusan Ribu Netizen Pun Melihat Unggahannya https://t.co/498IEw7mS9 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) November 21, 2017
"Radikalisme agama ini mengancam keutuhan NKRI dan sendi-sendi kehidupan beragama yang majemuk, terutama membenturkan sesama umat Islam. Melalui para kiai muda Ansor, kita mengajak jemaah agar waspada," kata Gus Yaqut, sapaan akrabnya.
Gus Yaqut juga mengingatkan agar setiap dakwah yang dilakukan tak lepas dari khasanah dan kearifan lokal. Sebab, Islam Indonesia adalah hasil dari akulturasi budaya lokal.
"Saya mengajak untuk menolehkan kembali pandangan Islam di mana bumi kita pijak. Jangan asal impor pemahaman Islam dari luar. Islam Nusantara, yang tidak menafikan budaya lokal, inilah kekuatan Islam Indonesia. Seperti dakwah Walisongo dan kiai-kiai NU," ujarnya.
Ketua Rijalul Ansor Sholahulam Notobuwono sependapat bahwa paham radikal berupaya terus menyusup ke tengah-tengah masyarakat hingga lingkungan pondok pesantren. Ia mengimbau agar warga tidak menelan mentah-mentah jika ada orang atau kelompok tertentu yang menyebarkan ajaran yang dirasa menyimpang.
"Tanya ke kiai atau ulama. Apa yang disampaikan jangan diterima begitu saja," katanya. (*)
