Menelisik Foto Jurnalistik yang Tak Pernah Dipublikasikan di Festival Fotografi Kompas 2017

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Fasko Dehotman

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Fotografi jurnalistik adalah sebuah teknik dalam mengabadikan momen dan perisitiwa besar yang terjadi di sekitar ruang lingkup masyarakat.

Baik itu peristiwa politik, bencana alam, kerusuhan, musik, hingga olahraga, semuanya diabadikan oleh kamera pewarta foto dengan teknik jurnalistik yang kemudian disajikan kepada publik.

Fotografi jurnalistik karya pewarta foto menarik untuk disimak. Karena itulah Kompas mengadakan acara Festival Fotografi Kompas 2017 di Bandung

Festival yang dimotori langsung oleh Harian Kompas itu, diselenggarakan di Gedung PLN Distiribusi Jawa Barat, Jalan Cikapundung Barat, Kota Bandung, pada 15-19 November 2017, pukul 07.00 WIB-20.00.

Jokowi Lakukan Hal Manis Ini Kepada Iriana Saat Naik Tangga, Netizen Baper: Pakde So Sweet! https://t.co/hYwxBvkXLT via @tribunjabar

— Tribun Jabar (@tribunjabar) November 19, 2017

Tujuan diselenggarakannya festival ini yakni sebagai wujud untuk menghargai karya pewarta foto Harian Kompas yang tidak diterbitkan di koran.

Tidak semua karya foto pewarta diterbitkan di koran karena pertimbangan yang mendalam oleh editor foto Harian Kompas mengenai etika, estetika, kepantasan, maupun keamanan.

Sebagian foto yang tidak bisa terbit tersebut kemudian dimunculkan dalam acara Festival Fotografi Kompas 2017.

Festival Fotografi Kompas 2017 merupakan rangkaian pameran ke-3 yang diselenggarakan di Kota Bandung.

Sebelumnya Festival Fotografi Kompas 2017 telah sukses menyapa masyarakat di dua kota besar lainnya, yakni Jakarta (7-12 Februari 2017) dan Yogyakarta (8-12 November 2017).

Festival Fotografi Kompas di Bandung kali ini memamerkan sebanyak 80 yang tidak pernah dipublikasikan sebelumnya di koran Harian Kompas dan 15 foto arsip.

Dari keseluruhan foto yang terpampang, masing-masingnya memiliki tema foto yang berbeda, mulai dari kerusuhan, bencana, keagamaan, olahraga, human interest, kebudayaan, hingga foto arsip zaman orde baru.

Festival Fotografi Kompas 2017 tidak hanya sebatas pameran foto saja, tetapi juga diisi dengan sejumlah rangkaian acara yang tidak kalah menariknya.

Mulai dari talkshow, workshop, lomba fotografi, hunting foto, dan acara menarik lainnya.

Dipindah ke Rutan Jadi Pertimbangan KPK, Setya Novanto : Aku Masih Lemas https://t.co/uVBj4lEw3F via @tribunjabar

— Tribun Jabar (@tribunjabar) November 19, 2017

Selain itu, terdapat pula komunitas fotografi Bandung dari berbagai genre, yang telah bersedia memeriahkan acara ini.

Komunitas-komunitas tersebut di antaranya adalah Photo's Speak, Indonesian Rainbow, PAF Bandung, Perpustakaan Fotografi Keliling, dan lain-lain.

Sebagai puncak acara, pada Minggu (19/11/2017) diselenggarakan talkshow buku yang bertajuk "Literasi Visual di Zaman Digital" dengan pembicara dari Perpustakaan Fotografi Keliling dan Bungkus.

Kemudian ada pula workshop Pemotretan Foto Produk yang dibawakan oleh Herry Tjiang.

Lucky Fransiska, Ketua Penyelenggara Festival Fotografi Kompas 2017 di Bandung, menuturkan terselenggaranya acara ini berawal dari buku "Unpublish" yang terbit 2014 lalu.

Buku tersebut berisikan 560 foto karya 22 pewarta foto Kompas yang tidak dipublikasikan di koran Harian Kompas.

"Berhubung apresiasi publik fotografi, terutama kalangan jurnalis foto, sangat bagus terhadap penerbitan buku tersebut, Kami dari Harian Kompas merespons balik apresiasi tersebut dengan menggelar acara Festival Fotografi Kompas 2017," ujar Lucky Fransiska kepada Tribun Jabar, Sabtu (18/11/2017).

Lucky menambahkan, dari 560 foto yang terdapat di buku Unpublish, hanya sekitar 80 foto yang dipampang pada Festival Fotografi Kompas 2017 di Bandung.

Hari Ini Tiba di Medan, Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution Akan Disambut Ritual Adat Ini https://t.co/jS1dkYmOmA via @tribunjabar

— Tribun Jabar (@tribunjabar) November 19, 2017

Lucky menegaskan, sebanyak 80 foto tersebut tidak sekadar dipajang begitu saja, tetapi telah melewati kurasi yang cukup panjang, sehingga menampilkan foto yang terbaik.

Dari penjelasan Lucky, alasan Harian Kompas memilih konsep festival yaitu agar para pegiat fotografi berinteraksi secara lebih leluasa.

"Singkatnya, festival ini juga menjadi ajang kontestasi gagasan dan ide fotografi antar para pegiat fotografi Indonesia," ucap Lucky.