Melongok Pembuatan Minuman Keras Terkenal di Solo, Ciu: Sehari Bisa Dapat 10 Jeriken

"Pegawai saya cuma satu, jam kerja jam 06.00 pagi sampai 16.00 sore," kata Joko.

Editor: Ravianto
TRIBUNSOLO.COM/Mufid Anshori
Proses penyulingan ciu di pabrik milik Joko di Dusun Nongko, Desa Ngombakan, Polokarto, Sukoharjo. 

TRIBUNJABAR.CO.ID, SOLO - Desa Bekonang di Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, dikenal banyak oprang sebagai daerah penghasil minuman keras (miras) tradisonal ciu. 

Sehingga, dikenal istilah 'ciu Bekonang'.

Namun sebenarnya bukan hanya di Bekonang terdapat 'pabrik' ciu.

Di Desa Ngombakan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, pun ada beberapa.


Lokasi Ngombakan berdekatan dengan Bekonang. 

Pabrik Ciu di Ngombakan antara lain di Desa Nongko. 

Pembuatan ciu di pabrik milik Joko di Dusun Nongko, Ngombakan, Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.
Pembuatan ciu di pabrik milik Joko di Dusun Nongko, Ngombakan, Polokarto, Kabupaten Sukoharjo. (TRIBUNSOLO.COM/Mufid Anshori)

Adapun pabrik ciu di Dusun Nongko ada 10 buah, termasuk yang dimiliki Joko.

"Saya mulai mendirikan pabrik setelah lulus STM tahun 201 , itu juga dimodali orang tua dan modal nekat juga," kata Joko saat diwawancara TribunSolo.com, Kamis (12/10/2017). 


"Saya belajar membuat ciu ini secara autodidak, karena dari kecil sudah sering main ke pabrik-pabrik (ciu)," ujarnya menambahkan.

Menurut Joko, pabriknya termasuk kecil

"Pegawai saya cuma satu,  jam kerja jam 06.00 pagi sampai 16.00 sore," kata Joko.

"Saya termasuk dalam paguyuban yang terdiri dari 80 orang," ujarnya.

Setiap hari pabrik milik Joko memproduksi 10-15 jeriken ciu. 

"Jadi saya setiap hari menyiapkan 12 drum buat fermentasi, selama enam hari total 72, itu yang dikerjakan," kata Joko.

Pabrik Joko mempunyai 100 drum untuk proses fermentasi.

"Setiap sore saya menyetorkan 10-15 jeriken ke paguyuban."

Baca: Bilqis Sakit, Ayu Ting Ting Tak Mau Langsung Bawa ke Rumah Sakit.

Baca: Sudah Dimaafkan Suami yang Tak Lapor Polisi, Perselingkuhan Tersebar Gara-gara Kesalahan Sendiri

"Tiap jeriken (ciu) harganya 200 ribu," ujar Joko.

Adapun pembuatan ciu memakai tetes tebu (limbah gula) yang difermentasikan selama enam hari.

Kemudian tetes tebu diberi air, limbah alkohol, ragi tebu dan diaduk dalam drum.

Setelah itu masuk proses penyulingan kurang lebih selama empat jam.

Adapun ciu hasil pabrik Joko berkadar alkohol 30 persen.

Kemudian setelah diambil paguyuban, dilakukan penyulingan lagi untuk menghasilkan kadar 50% - 90%.

Paguyuban ini membuat ciu untuk medis berkadar 90 persen.

"Menurut saya kalau ciu diminum, itu penyalagunaan peminumnya, bukan pabriknya," kata Joko menegaskan.

Kebanyakan para pemabuk minum ciu berkadar alkohol 30% sedangkan untuk medis berkadar 90%. (Wartawan Magang TribunSolo.com/Mufid Anshori)

Sumber: Tribun Solo
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved