Menteri Termiskin, Atap Rumah Bocor hingga Tak Mampu Berobat, Namun Karyanya Fenomenal di Tanah Air

Melihat korupsi seakan tak pernah henti dan semakin menggurita, rasanya kita harus malu dan bertauladan pada tokoh satu ini,yakni Ir Sutami

net
Ir Sutami 

Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Yusmada Faizal Samad bahkan menyebut Jembatan Semanggi sebagai karya konstruksi sipil yang fenomenal.

"Suatu struktur konstruksi jembatan panjang (60 meter tanpa penyangga) di Indonesia untuk pertama kali menerapkan teknologi prestressed concrete," tulis Yusmada seperti dikutip Kompas Properti.

Penerapan teknologi prestressed concrete saat itu memang sempat menuai pendapat pro dan kontra, serta diskursus di tataran akademik. Pasalnya, kekuatan dan keandalan struktur jembatan tersebut dipertanyakan.

Keraguan pun terjawab. Saat Presiden Soekarno meresmikan jembatan itu pada tahun 1962. Ketika itu Ir Sutami sebagai penanggungjawab pembangunan Jembatan Semanggi melakukan aksi 'heroik'.

Dengan mengendarai sebuah jeep, Ir Sutami menuju ke tengah bentang untuk membuktikan struktur jembatan itu kuat.

Soekarno pun sangat puas dan bangga dengan kehabatan Ir Sutami muda ketika itu.

Ir Sutami
Ir Sutami (net)

Jejak karya monumental Ir Sutami tak hanya Jembatan Semanggi. Kubah Gedung MPR/DPR berwarna hijau seperti kura-kura juga menjadi bukti kehebatan Ir Sutami.

Kompleks MPR/DPR itu merupakan hasil rancangan arsitek lulusan Berlin, Soejoedi Wirjoatmodjo, dan salah satu stafnya, Ir Nurpontjo.

Kompleks itu dibangun untuk menggelar Conference of the New Emerging Force (Conefo), dan bangunannya harus bisa menandingi gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Konferensi itu guna menggalang kekuatan di kalangan negara-negara baru untuk membentuk tatanan dunia baru.

Baca: Video Ngerinya Tarung ala Gladiator di Sukabumi

Pemancangan tiang pertama pembangunan kompleks Conefo itu dilakukan pada 19 April 1965. Padahal konferensi internasional sudah harus digelar setahun kemudian.

Sebagai pelaksana lapangan, Ir Sutami menyanggupi pembangunan kompleks itu dalam tempo setahun.

Atap gedung ini mirip dengan prinsip struktur sayap. Semula atap akan berbentuk kubah murni.

Tapi Sutami selaku ahli struktur bangunan mengingatkan hal itu akan memunculkan masalah serius. Sebab, hal ini menyangkut pemerataan penyaluran beban gaya vertikal ke tiang-tiang penopang kubah.

Sutami kemudian membuat sketsa dan perhitungan teknisnya. Ia menjamin kubah semacam itu bisa dikerjakan. Sebab, desain tersebut tak berbeda dengan prinsip struktur kantilever pada pesawat tebang.

Keberhasilan Sutami sebagai pelaksana proyek dan juga turut andil dalam merealisasi atap berbentuk kubah mengundang pujian dari gurunya semasa di ITB, Ir Roosseno. Ahli beton itu mengakui gedung Conefo sebagai karya besar Sutami.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved