Berkali-kali Lolos dari Maut, Jenderal Soedirman Tak Bisa Hindari yang Satu Ini
Percobaan pembunuhan masih terjadi dua kali lagi. Pertama di Sedayu, sebelah barat G. Wilis.
Baca: VIDEO-Detik-detik Duel Maut Emak-emak di Takalar Sulawesi Selatan, 1 Orang Tewas
Sudah bulat tekadnya untuk meninggalkan kota, dan mengatur siasat dari luar Yogya saja.
Pukul 11.30, Pak Dirman meninggalkan kota dengan mobil tentara bersama dr. Soewondo (dokter pribadinya), Kapten Soepardjo Roestam, dan Kapten Tjokropranolo (pengawal pribadinya).
Sesuai rencana, mereka bertolak ke Kediri. Dari kota itulah perlawanan akan diatur. Tentara Belanda waktu itu hanya menguasai kota-kota besar di pantai utara.
Daerah pantai selatan Jawa masih dikuasai RI.
Alhamdulillah, Jarum Pentul di Rongga Dada Anisa Sudah Diambil https://t.co/IVyp7c8mk8 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 5, 2017
Berkali-Kali Terhindar dari Maut
"Dengan dikawal pasukan kecil (tanpa bekal uang dari pemerintah), rombongan Jenderal Soedirman tiba di Kediri tanggal 23 Desember 1948, setelah melalui Grogol, Wonogiri, Jetis (Ponorogo), dan Bendo (Trenggalek)," tulis Pierre Heyboer dalam buku De Politionele Acties. De strijd om Indie, 1945/1949, tentang Jenderal Seodirman, sang guru yang jadi Panglima Besar yang tengah diburu-buru oleh tentara Belanda.
Usaha menghabisi Panglima terjadi lagi di desa Karangnongko (10 km barat Kota Kediri).
Ketika rombongan sedang beristirahat di desa itu, datanglah seseorang tak dikenal mencari Jenderal Soedirman.
Ini jelas mencurigakan! Orang tak dikenal kok mencari Jenderal Panglima Angkatan Perang.
Baca: Bobotoh Pesimis Persib Bandung Finish Lima Besar, Apa Kata Herrie Setyawan?
Karena curiga, Pak Dirman dan Kolonel Bambang Soepeno meninggalkan rumah penginapan pada pukul 05.00, dan masuk ke dalam hutan dengan berjalan kaki.
Setelah fajar menyingsing, Letnan Heru Keser, pengawal yang masih tinggal di rumah penginapan, disuruh Kapten Soepardjo agar mengenakan iket wulung dan mantel yang selalu dipakai Panglima.
Sosok tubuhnya sama dengan Pak Dirman.
Kemudian dengan disaksikan orang banyak, "Pak Dirman" yang ini ditandu ke luar rumah menuju Selatan, dan berhenti di sebuah rumah untuk menginap.