Peristiwa G30S PKI
Ini Video Kesaksian Presiden Soeharto Soal Supersemar sampai Pembubaran PKI
Peristiwa ini menjadi peralihan kekuasaan Presiden pertama RI, Soekarno ke Soeharto sekaligus menjadi momentum penting catatan sejarah negeri ini.
POSTUR tubuhnya tak terlalu tinggi. Umurnya, kira-kira lebih dari 50 tahun.
Ketika berbicara, laki-laki tak dikenal itu selalu menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia.
Entah siapa yang mengajak pria itu mampir ke rumah Pangkostrad. Yang jelas, pria itu diterima Ibu Tien Soeharto, sang pemilik rumah.
Dulu Seorang Sopir, Siapa Sangka Pria Ini Sukses Jadi Aktor yg Mendunia Hingga Dijuluki Macan Asia https://t.co/8shhTBGaz1 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 20, 2017
Setelah dipersilakan duduk, pria itu menawarkan barang dagangannya, berupa batu-batu permata yang berwarna-warni.
Sayangnya ketika berbagai jenis permata itu ditunjukkan, Ibu Tien tidak begitu tertarik.
Pria itu lalu mengeluarkan ‘jurus’ baru, mengaku bisa meramal nasib seseorang.
Sontak Ibu Tien menjadi tertarik dan ingin mendengarkan ceritanya.
"Sekedar mengisi keisengan saya setuju saja. Setelah orang itu melakukan cara-cara sesuai 'ilmunya', ia lalu menceritakan keadaan masa lalu saya. Banyak yang cocok. Saya jadi penasaran sehingga ingin tahu lebih lanjut apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang," kenang Ibu Tien seperti yang terungkap dalam buku otobiografinya berjudul Siti Hartinah Soeharto Ibu Utama Indonesia.
Dialog pun berlanjut, hingga akhirnya mengarah kepada nasib Soeharto. Lagi-lagi sang penjual akik mempertontokan 'jurus’-nya.
Ibu Tien terpana. "Madam.. Suami Madam akan berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan presiden yang sekarang --Soekarno," kata pria itu.
Digerebek di Kamar Kos, Pasangan Mesum: Kami Sedang Belajar Kelompok, Pak! https://t.co/cKvALfK4Bw via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 20, 2017
Mendengar penjelasan itu, Bu Tien hanya tersenyum dan mengaku tidak percaya dengan sang peramal.
"Ah, tak mungkin…. Suami saya hanya seorang perwira tinggi TNI AD. Sebagai Panglima Kostrad. Sesekali hanya mewakili Menteri/Panglima AD. Itupun sudah berat sekali. Saya tidak percaya," katanya.
Sang peramal mengaku tak akan memaksakan Bu Tien untuk mempercayai ramalannya.
Justru yang ia perlukan adalah imbalan jasa ramalannya. Ibu Tien kemudian bertanya, berapa bayarannya.
Sang pria itu menjawab, "Forty thousand (empat puluh ribu rupiah)." Akan tetapi Ibu Tien menangkapnya lain. Ia mengira sang peramal itu meminta imbalan forteen thousand (empat belas ribu).