Liputan Khusus Mesin Parkir
Ternyata Mesin Parkir Tak Banyak Dilirik Warga Bandung, Ini Sejumlah Alasan yang Bikin Prihatin
"Saya lebih memilih bayar langsung saja, soalnya enggak tahu caranya menggunakan mesin parkir," ujar Muhamad Faisal
Penulis: Ragil Wisnu Saputra | Editor: Kisdiantoro
Laporan Wartawan Liputan Khusus Tribun Jabar
TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Keberadaan mesin terminal parkir elektronik (TPE) dengan bantuan juru parkir belum banyak dilirik dan diminati oleh warga Kota Bandung. Hal itu terlihat dari sejumlah mesin TPE di beberapa jalan Kota Bandung yang selalu sepi dari transaksi.
Keberadaan TPE ini bertujuan untuk mendongkrak pendapatan retribusi parkir di Kota Bandung.
Sebelum diluncurkan Pemerintah Kota Bandung pada 4 Agustus 2017, TPE diuji coba di Jalan Braga, Kota Bandung. Uji coba itu dimaksudkan untuk mengetahui respons dan pendapatan retribusi parkir dari TPE.
Menurut pantauan Tribun di lapangan, mayoritas pengguna kendaraan bermotor lebih memilih parkir tanpa menggunakan mesin TPE. Dari tujuh titik mesin parkir yang dipantau Tribun selama kurang lebih tiga jam per mesin, yakni di Jalan Ahmad Yani, Jalan Braga, dan di Jalan Jawa, mesin itu tidak tersentuh sama sekali.
"Saya lebih memilih bayar langsung saja, soalnya enggak tahu caranya menggunakan mesin parkir," ujar Muhamad Faisal (31), warga Sumur Bandung, saat memarkirkan kendaraan roda dua di Jalan Jawa, kepada Tribun, Selasa (29/8).
Faisal mengaku tidak mengetahui cara menggunakan mesin TPE karena belum mendapat sosialisasi cara penggunaan mesin tersebut. Ia juga tidak ditawari oleh juru parkir untuk menggunakan mesin TPE.
Seorang pengguna parkir di Jalan Braga, M Mustofa (48), mengatakan hal senada. Dia mengaku belum mengetahui informasi mengenai penggunaan jasa parkir melalui mesin TPE yang terpasang di sepanjang Jalan Braga.
"Saya, kan, kerja di Gojek, belum ada pemberitahuan. Biasanya ada info. Belum tahu kalau dipergunakan," ujar Mustofa.
Pria yang tinggal di Cikawao, Lengkong Besar, Bandung, itu menuturkan, dari segi keamanan kendaraan sepeda motor pada saat terparkir di pinggir jalan belum terjamin penuh kalau menggunakan mesin TPE. "Lebih enak parkir biasa saja," katanya.
Kiper Diklat Persib Bandung, Muchamad Aqil Savik Tuai Pujian Usai Tampil di Timnas Indonesia U-18 https://t.co/NppgrgUQpH via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 18, 2017
Pengguna parkir di Jalan Ahmad Yani Ahmad Rosdiawan (41) mengaku tidak menggunakan jasa mesin TPE karena harganya lebih mahal dari harga parkir manual yang dilakukan oleh juru parkir. Selain harganya yang lebih mahal, katanya, penggunaannya juga lebih rumit.
"Saya mah butuh yang instan dan cepat. Toh parkir juga enggak lama. Kalau pakai mesin, kan, ribet. Harganya juga lebih mahal," ujar karyawan salah satu bank swasta di Kota Bandung itu kepada Tribun, Selasa (12/9).
Ahmad menilai, keberadaan mesin TPE akan sia-sia jika tidak disosialisasikan secara masif kepada masyarakat dan tarifnya tidak diturunkan. Sebab, jika terus begitu, masyarakat dan pengguna parkir akan lebih memilih parkir dengan cara manual.
Keluhan yang sama diungkapkan Nining Komalasari (37). Ibu rumah tangga asal Cijagra, Buahbatu, ini mengaku kurang mendapat sosialisasi terkait penggunaan mesin TPE. Dengan minimnya sosialisasi, ia mengaku tak tahu cara menggunakan mesin parkir tersebut.
"Ibu-ibu mah pengen yang instan, enggak mau ribet. Toh belum ada sosialisasi cara penggunaannya. Ya, saya mana tahu. Bayarnya bagaimana dan caranya bagaimana juga enggak
tahu," ucapnya.