Pengakuan Eks Pegawai: Sistem Kerja dan Pengelolaan Keuangan First Travel Buruk

"Sebenarnya sejak kasus itu, beberapa orang sudah komplain di facebook First Travel," tambahnya.

Penulis: Ravianto | Editor: Ravianto
kompas images
Calon jamaah umrah di kantor First Travel 

TRIBUNJABAR.CO.ID, JAKARTA - Mantan karyawati agen perjalanan First Travel mengaku sudah bisa menebak perusahaan tersebut akan terjerat kasus.

Apalagi, First Travel sebenarnya telah mendapatkan warning dari Departemen Agama, akhir 2015 silam.

Warning diberikan setelah muncul banyak komplain terkait perjalanan para tamu bersama biro perjalanan tersebut.

"Sebenarnya mereka sudah komplain sampai ada meeting di kantor, meeting sampai yang ketiga mediasi di Hotel Alila bersama YLKI dan perwakilan Depag," kata karyawati itu di acara "Rosi" di Kompas TV, Kamis (24/8/2017) malam.

Sejak itu, komplain-komplain sering mampir ke akun media sosial First Travel.

Pengelolaan media sosial yang baik membuat kasus ini baru meledak belakangan.

"Sebenarnya sejak kasus itu, beberapa orang sudah komplain di facebook First Travel," tambahnya.

"Tapi, mereka yang tidak mendukung First Travel (komentarnya) akan dihapus lalu diblokir."

"Sampai ada yang datang ke kantor menanyakan mengapa akun saya diblokir."

Itu sebabnya, kesan First Travel sebagai biro perjalanan umrah yang bagus, pelayanan hebat, biaya murah tapi perjalanannya mewah terus terjaga.

"Kasus Desember 2015 itu sebenarnya ada warning dari Departemen Agama tapi tak pernah dipublish ke karyawan," terang karyawati itu di acara "Rosi" di Kompas TV, Kamis (24/8/2017) malam.

 Sebenarnya apa yang paling sering dikomplain oleh para tamu First Travel?

Menurut mantan karyawati tersebut, standarisasi tour yang selalu jadi masalah.

Sebagai contoh, standarisasi tour menyebutkan kalau setiap 45 orang akan dipandu satu tour leader.

Namun tidak demikian halnya dengan First Travel di mana 200 tamu hanya dipegang dua tour leader.

"Standarisasi Tour atau umrah itu kan, satu tour leader pegang 45 orang atau maksimal 45 bangku per bus. Yang terjadi adalah, meski sudah bayar mahal 25 juta, tapi tour leader tetap 2 padahal harusnya 5," tegas dia.

Baca: Raphael Maitimo: Tak Penting Siapa yang Cetak Gol, yang Penting Menang Lawan Persipura

Sejak masih menjadi pegawai, perempuan yang tak ingin disebut namanya itu sebenarnya sudah melihat buruknya sistem keuangan di First Travel.

"Menurut saya sistem kerjanya dan pengelolaan keuangan tidak sesuai standar travel umrah, tur, dan domestik juga," ujar perempuan tersebut dalam acara "Rosi" di Kompas TV, Kamis (24/8/2017) malam.

Perempuan itu mengatakan, ada yang janggal dalam sistem pembagian kerja. Satu divisi dengan divisi lainnya bisa bertukar pekerjaan, padahal tidak sesuai dengan kompetensinya.

Hal tersebut jelas melanggar standar prosedur operasional pada perusahaan ada umumnya.

"Akta keuangan juga tidak punya seperti pengalaman saya di travel sebelumnya," kata perempuan itu seperti dilansir dari Kompas.com.

Perputaran uang di perusahaan tersebut juga dianggap tidak bagus karena tidak memiliki sistem akuntansi yang layak.

Ditambah lagi, dengan banyaknya utang perusahaan pada sejumlah pihak, maka tak heran banyak calon jemaah yang tidak bisa diberangkatkan umrah.

"Banyak utang ke supplier jadi tidak bisa cetak tiket atau visa. Ini yang membuat jemaah terkatung-katung," kata mantan karyawati tersebut.

Seringkali jemaah batal atau diundur keberangkatannya karena belum menerima visa.

Baca: Vladimir Vujovic Absen Melawan Persipura, Persib Bandung Siapkan Pemain ini

Baca: Istrinya Jalan Bareng Billy Syahputra, Kris Hatta yang Jadi Mualaf Ungkap Pernyataan Menyentuh

Mantan karyawati itu mengatakan, sebenarnya bukan karena visanya belum jadi, melainkan sengaja ditahan pihak provider.

"Provider menahan visa karena belum bayar. Pernah teman saya enggak berangkat, selalu di alasan visa. setelah saya cek di kedutaan Arab (Saudi), visanya udah ada, tapi masih utang ke provider visanya," kata dia.(*)

Berikut video Rosi: 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved