Kuliner Bandung

Manis dan Kenyalnya Kolak Candil Ibu Sari Bikin 'Nagih', Pecinta Kuliner Wajib Cobain Nih

Apa yang membuat kolak campur begitu laris? Tribun mencoba memesan dan mencicipinya.

Editor: Fauzie Pradita Abbas
Kolase Tribun Jabar/Isa Rian Fadilah
Kolak candil Bu Sari 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Isa Rian Fadilah

TRIBUNJABAR.CO.ID - Jika Anda melintasi Jalan Karawitan, Anda akan melihat sebuah gerobak penjaja kolak di pinggir jalan yang tak hentinya dikunjungi pembeli.

Gerobak kolak ini semakin sibuk menjelang sore.

Anda perlu bersabar untuk bisa mendapatkan kolak yang terkenal itu.

Pada gerobak tertulis Kolak Campur Ibu Sari.

Dari kejauhan pun terlihat begitu banyaknya kolak, candil, bubur pacar, dan bubur sumsum yang disiapkan untuk pembeli.

Menurut pegawai Kolak Campur Ibu Sari, Ros, kolak dan campurannya yang dimasukkan ke dalam toples besar ini seringkali habis dan diisi ulang hingga empat kali dalam sehari.

Saking banyaknya pembeli, dalam sehari 400 porsi kolak campur habis terjual.

Apa yang membuat kolak campur begitu laris? Tribun mencoba memesan dan mencicipinya.

Tekstur pisang, candil, bubur sumsum, dan bubur pacarnya begitu lembut memanjakan lidah. Kelembutannya membuat penikmatnya tak sabar untuk menikmati suapan demi suapan hingga tandas.

Terlebih lagi, kolak campur di sini memberikan rasa manis yang sangat pas. Perpaduan kelembutan dan tingkat manis yang pas membuat kolak campur di sini banyak disukai pembeli.

Sangat disarankan bagi siapa pun untuk mencobanya.

Selain rasanya yang lezat bukan main, banyak orang membeli Kolak Campur Ibu Sari lantaran harganya yang bersahabat.

Satu porsi kolak campur di sini bisa dinikmati hanya dengan merogoh kocek Rp 8 ribu.

"Awalnya dijual di bulan Ramadan saja. Ternyata dicoba dijual di hari-hari biasa juga rame," ujar Ros, sembari meladeni pesanan pembeli.

Kolak Campur Ibu Sari sudah cukup lama beroperasi di Karawitan. Selama lebih dari 10 tahun, kolak campur ini dijual sepanjang tahun, tak hanya di bulan Ramadan.

Jika persediaan habis, kolak dan campurannya segera dikirim dari dapur sehingga membuatnya kerap dalam keadaan hangat. Jika diperhatikan, baik kolak maupun candil tidak dibiarkan diremdam kuah gula merah. Kuah hanya merendam di bagian bawah toples saja. Itu yang membuat rasa manisnya tidak terlalu kuat sehingga mudah diterima lidah.

Semua dibuat sendiri, termasuk bubur pacarnya. Bubur pacar di sini tidak berbentuk bulat seperti yang biasa didapat di pasar.

Warnanya merah dan bentuknya lonjong. Bubur pacar di sini dipadukan dengan essence stroberi.

Pisang pada kolaknya pun tak terlalu keras dan tak terlalu empuk.

Teksturnya serbapas. Kolak di sini dibuat dari pisang nangka yang tidak terlalu matang.

Setiap harinya, setidaknya 30 kilogram pisang nangka digunakan untuk membuat kolak.

"Yang beli ke sini juga banyak dari yang jauh-jauh. Orang datang dari Ciparay, Cibiru, Cimahi juga ada yang beli," ungkap Ros.

"Paling banyak candil di sini. Candil yang suka habis duluan," ucapnya.

Kolak Campur Ibu Sari pun kerap dipesan dalam jumlah banyak. Setiap harinya hampir selalu ada yang memesan sebanyak 50 bungkus. Ada pula yang memesan sebanyal 300 bungkus sekaligus.

"Ada yang pesan 1500 bungkus itu dari lapas," ujarnya.

Salah satu pembeli Kolak Campur Ibu Sari, Ikin, mengaku selalu membeli kolak di sini ketika melewati Karawitan. Ia suka dengan kelembutannya.

"Manisnya pas, tidak kurang, tidak lebih. Di sini enak beda dengan yang lain. Kalau bulan puasa saya setiap hari beli di sini," ujarnya seusai menghabiskan semangkuk kolak campur.

Selain kolak campur, Anda pun bisa mendapat dadar gulung, ongol-ongol, talam roti, nagasari, bugis, dan kue pasar lainnya.

Kolak Campur Ibu Sari bisa dikunjungi setiap hari mulai pukul 07.30 hingga 17.00. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved