Penangkapan Pembunuh Perempuan Cantik Ini Bak Film Ninja, Loncat dari Atap ke Atap

Bagaimana tidak, Kopda TS berusaha melarikan diri dengan naik atap dan meloncat ke atap rumah-rumah sebelahnya.

Editor: Ravianto
Surya/Sugiyono
Luluk Diana (38), istri Kades Sidojangkung, Gresik, berfoto bersama keluarganya semasa hidupnya. 

TRIBUNJABAR.CO.ID, MALANG - Pembunuhan terhadap istri Kades Sidojangkung, Gresik yakni Luluk Diana akhirnya terungkap tuntas setelah eksekutornya tertangkap.

Polisi, Jumat lalu menangkap Marinir TNI AL, Kopral Dua (Kopda) TS yang diduga pelaku tunggal atas tewasnya Luluk Diana (38), istri Kades Sidojangkung, Kecamatan Menganti, Kabupetan Gresik, Selasa (8/8/2017) silam.

Dilansir dari Surya, penangkapan anggota marinir ini cukup menegangkan bak film ninja.

Bagaimana tidak, Kopda TS berusaha melarikan diri dengan naik atap dan meloncat ke atap rumah-rumah sebelahnya.

Menantu Buamin, SS, pemilik rumah tempat Koptu TS ditangkap, menceritakan detail terkait kronologis penangkapan pembunuh Luluk Diana, istri Kades Sidojangkung, Gresik.


Dijelaskan SS, diduga TS tiba di rest area Ngantang dengan mobil Honda jazz, Jumat (11/7/2017) dini hari sekitar pukul 02.00 WIB.

Setelah itu TS berjalan-jalan sebelum akhirnya tidur di depan rumah Buamin, mertua SS yang juga tinggal serumah dengannya.

Selepas Subuh, ia dibangunkan oleh kerabatnya lalu diberi tahu ada orang dari Surabaya sedang tidur di depan rumah.

SS lantas turun dari lantai dua rumahnya menemui TS yang tidur.

Tersangka Koptu Marinir TS yang membunuh Luluk Diana (38), istri Kades Sidojangkung, Gresik.
Tersangka Koptu Marinir TS yang membunuh Luluk Diana (38), istri Kades Sidojangkung, Gresik. (istimewa)

TS sendiri pernah sekali berkunjung ke rumah SS.

"Saya sempat kaget kok dia ada di sini. Tapi karena dia aparat dan saya kenal, ya saya persilakan tidur di dalam rumah," kata dia, Sabtu (13/8/2017).

Sekitar pukul 09.30 WIB, TS bangun lalu mandi.

Saat itu menantu Buamin tidak mengetahui apa-apa terkait kasus yang sedang dihadapi TS.

"Saya suruh istri saya untuk menyiapkan kopi dan makan," katanya lagi.


Tak lama berselang, TS minta tolong kepada SS untuk mengambilkan mobilnya yang berada di rest area.

TS sempat memberi uang Rp 100 ribu kepada SS. Namun oleh SS, uang itu rencananya akan dibelikan bahan bakar.

"Ya namanya juga dia kan aparat, jadi saya layani dengan baik," ujarnya.

SS lantas menuju ke rest area Ngantang untuk mengambil mobil milik TS.

Namun setibanya di sana, ia langsung diamankan petugas.

Merasa tidak tahu menahu alasan dia diamankan, SS pun bertanya kepada petugas.

"Loh ada apa pak?,” kata SS bertanya ke petugas.

"Di mana orang yang punya mobil, ayo antar kami ke sana," kata petugas seperti yang dijelaskan SS.

SS pun kembali ke rumah bersama belasan petugas. Setibanya di rumah, SS dilarang masuk.

Petugas gabungan saat menggeledah kediaman tersangka pembunuh istri kades di Gresik
Petugas gabungan saat menggeledah kediaman tersangka pembunuh istri kades di Gresik (Surabaya.tribunnews.com/Sugiyono)

Setibanya di rumah Buamin, petugas lalu memerintahkan agar TS keluar rumah untuk menyerahkan diri.

Istri dan anak SS juga disuruh keluar.

"Yang di dalam keluar," teriak polisi saat akan menangkap TS, Jumat (13/8/2017).

Namun pembunuh Luluk Diana itu tidak begitu saja menyerah.

Ia justru melarikan diri dengan cara meloncat dari genteng rumah Buamin ke genteng rumah tetangga Buamin.

Polisi pun mengeluarkan tembakan peringatan agar TS mau menyerahkan diri.

SS mengatakan mendengar sekitar 10 kali tembakan ke udara.

SS mengatakan kalau TS melompat secara bertahap dari atap empat rumah.

Awalnya TS lompat ke rumah yang berada di belakang rumah Buamin. Setelah itu lompat ke arah kanan.

Polisi terus mengejar sementara TS masih bersikukuh tidak menyerah. Tembakan peringatan pun terdengar lagi.

Aksi TS kemudian terhenti setelah ia melompat lagi ke rumah yang berada di sisi kanannya, atau di sebelah kiri rumah Buamin.

"Dia malah melarikan diri. Tapi setelah itu dia menyerahkan diri dan turun dari atap rumah," papar SS.

Setelah menyerahkan diri, petugas langsung mengamankan TS.

SS tidak mengetahui secara pasti ke mana TS diamankan. Saat melarikan diri, TS tidak membawa senjata.

Peristiwa itu terasa masih membekas di keluarga Buamin dan SS.

Pasalnya, SS dan Buamin tidak tahu menahu terkait persoalan yang dilakukan TS.

Peristiwa seperti itu juga baru pertama kali terjadi di rumahnya.

"Kalau saja tahu sejak awal kan saya pasti menolak. Tapi karena dia aparat, ya saya hormati," kata SS.(*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved