Beras yang Dibersihkan dengan Sabun Cuci Piring Apakah Berbahaya? Simak Penjelasan Ahli Gizi
Dari sisi gizi, hal itu juga tetap berpengaruh. Namun, untuk menentukannya, beras perlu diteliti dalam labolatorium terlebih dulu.
TRIBUNJABAR.CO.ID, SURABAYA - Beras yang diduga diputihkan dengan pemutih pakaian di Kabupaten Blitar dan yang diduga diputihkan dengan sabun cuci piring di Gresik menjadi perbincangan ramai akhir-akhir ini.
Ahli Gizi Graha Amerta RSUD Dr Soetomo, Eko Dwi Martini mengatakan, setiap orang punya tingkat sensitif yang berbeda-beda terhadap zat asing di dalam tubuhnya.
Orang dengan tingkat sensitif tinggi akan mudah merasakan gejala dari zat tersebut.
Sebaliknya, orang yang tingkat sensitifnya rendah, akan lebih kebal ketika zat asing berbahaya masuk tubuh dalam kadar tertentu.
"Meski tidak berdampak, seharusnya itu tetap tidak dikonsumsi," katanya.
PSM Incar Ilija Spasojevic, Reinaldo Elias da Costa Kian Dekat ke Persib? https://t.co/OZxW2wBzqf via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 31, 2017
Menurut Eko, zat-zat yang diduga ada pada beras itu tidak selayaknya masuk dalam pencernaan.
Dari sisi gizi, hal itu juga tetap berpengaruh. Namun, untuk menentukannya, beras perlu diteliti dalam labolatorium terlebih dulu.
"Yang pasti, ada pergeseran (nilai gizi)," tambahnya.
Banyak faktor yang memengaruhi termasuk cara memasaknya.
Eko menyebut, perbedaan itu dimulai dari cara mencuci beras. Tingkat kepekatan air hasil cucian turut memengaruhi.
Organ tubuh yang akan terdampak apabila seseorang mengonsumsi makanan seperti itu, menurut dia, mulai dari mulut, usus, hingga lambung.
"Kalau bahan (zat kimia) selain obat yang masuk ke dalam tubuh, sangat tidak boleh. Sudah jelas itu," tambah dia.
Hal ini berbeda dengan beras oplosan, yakni percampuran antara dua jenis beras atau lebih.
Menurut dia, nasi dari beras ini tidak masalah dikonsumsi dari sisi gizi. Asalkan, proses penanakannya benar.