Beras yang Dibersihkan dengan Sabun Cuci Piring Apakah Berbahaya? Simak Penjelasan Ahli Gizi

Dari sisi gizi, hal itu juga tetap berpengaruh. Namun, untuk menentukannya, beras perlu diteliti dalam labolatorium terlebih dulu.

Editor: Ravianto
web
Ilustrasi 

Melihat kondisi ini, Eko mengimbau agar masyarakat lebih jeli memilih beras di pasaran.

Pertimbangan ihwal tingkat keputihan beras harus diimbangi dengan kewaspadaan.


"Karena masyarakat belum terbiasa sampai ke sana. Jadi di sanalah fungsi BPOM harus jalan," tuturnya.

Sementara itu, Dinas Kesehatan Jatim hingga saat ini belum pernah menemui kasus keracunan atau gejala lain akibat mengonsumsi beras yang diputihkan dengan zat kimia berbahaya, seperti pemutih pakaian atau sabun pencuci piring.

"Kalau laporan, pernah ada. Kami cek, ternyata tidak," kata Kepala Dinkes Jatim Kohar Hari Santosa.

Kasus keracunan yang lebih banyak diterima Dinkes, yakni dari makanan-makanan yang tak layak makan atau basi.

Paling banyak, kejadian pada acara makan bersama-sama atau katering.

Dinkes, kata Kohar, juga rutin mengecek ke lapangan bersama dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Biasanya pengecekan dilakukan saban dua bulan sekali. Pengecekan lebih banyak dilakukan di tempat-tempat yang rawan seperti kantin sekolah.

"Di daerah-daerah, kota atau kabupaten, Dinkes punya kesempatan (pengecekan lapangan) lebih," katanya.

Sementara Dinkes provinsi lebih berfungsi sebagai koordinator bersama BPOM. (Aflahul Abidin/M Taufik/Surya)

Sumber: Surya
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved