Kisah Muhlis Eso, Pengumpul Sisa-sisa Barang Peninggalan Perang Dunia ke-II di Morotai
Beberapa benda-benda bekas peninggalan PD II yang berhasil ia dan rekan-rekannya temukan cukup banyak
Penulis: Ragil Wisnu Saputra | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ragil Wisnu Saputra
TRIBUNJABAR.CO.ID, MOROTAI - Pulau Morotai yang berada di Provinsi Maluku Utara merupakan pulau paling utara Indonesia dan berbatasan dengan Negara Filipina. Pulau Morotai merupakan satu wilayah hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara. Secara administratif, pulau ini dinamai Kabupaten Pulau Morotai.
Namun, tak banyak orang tahu apa yang pernah terjadi di pulau yang memiliki begitu banyak pesona alamnya, terutama pemandangan pantainya. Pulau Morotai ini adalah saksi bisu sejarah Perang Dunia ke II (PD II) saat Amerika Serikat (Sekutu) mennyerang Jepang di Morotai, dan Markas Strategi Indonesia dalam merebut kembali Irian Barat saat Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora).
Baca: Demian Lakukan Aksi Berbahaya, Sang Istri Sara Wijayanto Justru Banjir Hujatan Karena Hal ini
Pulau Morotai yang menyimpan segudang cerita PD II hingga Operasi Trikora ini juga disebut sebagai Mutiara di Bibir Pasifik. Oleh karena itu, hingga saat ini banyak bekas peninggalan PD II yang masih tersebar dan berada di pulau ini.
Beberapa benda bekas PD II ini bahkan sudah dikumpulkan oleh Kelompok Pemerhati PD II Morotai. Benda-benda itu bahkan ada yang sudah dimuseumkan. Ditemukannya benda-benda peninggalan PD II membuktikan Pulau Morotai adalah satu lokasi di Indonesia yang sarat akan sejarah.
Bus Kayu itu Ternyata Belum Punah, Masih Ada Satu di Bandung, Mesinnya Masih Oke tapi Mau Dijual https://t.co/LnAQjDFUtV via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 19, 2017
Berkembangnya cerita tentang PD II di Morotai saat ini terus menguat di kalangan masyarakat dan wisatawan. Ini juga berkat peran dari Muhlis Eso (36), satu dari tujuh orang yang masuk dalam Kelompok Pemerhati PD II Morotai. Ia dan rekan-rekannya mengumpulkan benda-benda tersebut untuk dilestarikan.
Ayah dari enam anak ini sudah berburu benda-benda bekas PD II sejak kecil. Namun, benda-benda yang telah ia temukan bersama rekan-rekannya itu tidak digunakan sebagai koleksi pribadi. Benda-benda tersebut dikumpulkan dan dimuseumkan untuk kepentingan sejarah.
Baca: Nenek Rohaya Terbaring Sakit, Selamat Riyadi Malah Joget Bareng Biduan: Mano Nenek-nenek Itu
"Dari kecil saya memang sudah mencari benda-benda bekas PD II di berbagai lokasi di Morotai. Dulu ayah dan kakek saya juga sama," kata dia kepada Tribun di Morotai saat melakukan petualangan keindahan Maluku Utara bersama Tim Ekspedisi Terios 7-Wonders Wonderful Moluccas hari ke lima, Rabu (19/7/2017).
Beberapa benda-benda bekas peninggalan PD II yang berhasil ia dan rekan-rekannya temukan cukup banyak. Mulai dari senjata laras panjang SMB 12,7, Dog Tag (lempengan besi yang diberi nama sebagai tanda pengenal dan menjadi gantungan kalung), granat, amunisi, helm, bayonet, botol bekas minuman, koin mata uang asing, sepeda dan lain sebagainya.
Harganya Bikin Melongo! Begini Fasilitas di Tempat Pemakaman Oka Mahendra Mantan Awkarin https://t.co/bKq9vo9q8g via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 19, 2017
"Sudah cukup banyak sekali yang saya temukan. Itu murni saya mencari untuk mengingatkan jika Morotai ini adalah pulau yang memiliki banyak cerita sejarah," kata dia.
Sebelum adanya Museum Perang Dunia II yang dibangun di Juanga, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai, suami dari Mahrani Yunus (36) yang saat ini tinggal di Desa Jobela, Kecamatan Morotai Selatan, menyimpan benda-benda peninggalan PD II di sebuah rumah kecil ukuran sekitar 4 m x 4 m di Desa Daruba, Kecamatan Morotai Selatan.