Tim Ekspedisi T7W 2017
Desa Sasadu Punya Tarian Unik yang Tercipta dari Menenangkan Tangisan Putri Sultan Haerun
Tarian ini diperagakan oleh enam orang anak-anak dengan pakaian adat setempat dan berbagai asesoris
Penulis: Ragil Wisnu Saputra | Editor: Dedy Herdiana
Hingga pada akhirnya, ada dua orang dari Desa Sasadu yang berangkat ke Kesultanan Ternate mencoba untuk menenangkan sang putri.
Saat tiba, satu di antaranya langsung bernyanyi "Ning Enang Aning Endong" sebagai musik pengiring tarian, yang saat ini diganti dengan menggunakan gong dan tifa.
Satu di antaranya mengucap "Oroinokasidabi" atau yang artinya berikan kesini biar aku gendong atau timang-timang yang saat ini menjadi gerakan tarian yang seperti menimang-nimang anak.
"Akhirnya sang putri yang masih bayi itu tangisannya mereda. Kemudian Sultan Haerun bertanya kepada dua orang itu apa nama gerakan yang seperti tarian itu. Tapi kedua orang itu belum menamai tariannya. Sultan kemudian memberikan nama Tarian Oroinokasidabi," kata dia.
Lupa Masih Pakai Celana Dalam Bisa Bergetar saat Ketemu Calon Mertua,Wanita ini Panik Setengah Mati https://t.co/bGvU2U5wVm via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 18, 2017
Namun, saat kedua orang tersebut meninggalkan Kesultanan Ternate dan tengah menyeberang laut, mereka lupa apa nama tarian tersebut yang telah diberikan oleh Sultan Haerun. Mereka berdua hanya mengingat kata 'Dabi'.
"Dari sana mereka pulang dengan bangga karena bisa meredam tangisan sang putri. Dan menceritakan jika gerakan tarian mereka diberi nama Sara (tarian atau gerakan) Dabi-dabi oleh sultan karena keterbatasan ingatannya," kata dia.
Hingga saat ini, akibat ingatan kedua orang Sasadu itu karena salah menyebut nama tariannnya, maka Tarian Sara Dabi-dabi terus melekat di Masyarakat Sasadu Suku Sahu. (*)