Mahasiswa Meninggal di Kamar Kos
Tak Ada yang Tahu, Mahasiswa ITB Meninggal di Kamar Kos. Efek Gaya Hidup Anak Kos Masa Kini!
Berita itu tidak terlalu heboh, yakni tentang Sartika Tio Silalahi (21) yang ditemukan meninggal di kamar kos di Taman Sari, Bandung
Kepergian Sartika ini juga disayangkan oleh pemilik akun Facebook, Nestor Rico Tambun.
Atalia Jadi Wisudawan Terbaik di Unpas, Ridwan Kamil dan Atalia Saling Beri Kecupan di Pipi https://t.co/jbpFYj3nM1 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 15, 2017
Nestor menulis, suasana kehidupan di kos saat ini berbeda dengan gaya hidup kos di tahun 1980 atau 1990-an.
“Dulu, hidup satu kos itu seperti keluarga. Saling memperhatikan, saling berbagi makan, merasa senasib, dan saling tolong. Satu orang sakit, bisa-bisa yang antar berobat 5 atau 6 orang,” tulis wartawan senior ini.
Nestor melanjutkan, sekarang ini, gaya hidup di tempat kos, terutama di tempat-tempat kos bagus di kota-kota besar, orang hidup sendiri-sendiri.
“Masing-masing hidup di kamar, berteman dengan gadget dan internetnya. Merasa tidak enak mencampuri urusan, atau mengganggu teman kos lain,” tutur Nestor.
Padahal, dalam opini Nestor, anak-anak muda yang hidup kos di kota, sebenarnya kehilangan sesuatu.
Kehilangan suasana dan perhatian keluarga.
Ada rasa sepi, tidak bisa berbicara, atau curhat kepada keluarga.
Bu Guru Tertangkap Satpol PP Lagi Mesum di Hotel dengan Pemilik Sekolah https://t.co/G60oJZ80BS via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 15, 2017
Karena itu, ketika berada di rantau, sebenarnya justru sangat butuh teman, sahabat, dan lingkungan yang bisa mengisi kekosongan itu.
“Logisnya, teman-teman koslah yang mengisi kekosongan itu,” tulis Nestor.
Selain itu, para orangtua juga harus memperhatikan rumah kos yang dihuni anaknya.
Suasana rumah kosnya seperti apa.
Pemilik rumah kos seperti apa.
Kira-kira temannya bisa bergaul dengan siapa, dan lain-lain.
Nestor menilai, orangtua juga sering sama egois.