Jejak Penyebaran Islam

Sunan Gunung Jati, Menikahi Putri Kaisar Cina dan Mengislamkan Ribuan Prajurit

Selain sebagai seorang penyebar agama Allah, Sunan Gunung Jati juga merupakan seorang pemimpin. Ia adalah raja pertama

Penulis: Ragil Wisnu Saputra | Editor: Kisdiantoro
TRIBUN JABAR/RAGIL WISNU SAPUTRA
Makam Sunan Gunung Jati di Gunung Sembung, Desa Astana, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon. 

Tes kesaktian itu, yakni Kaisar Cina menyuruh Sunan Gunung Jati menebak diantara anaknya dan keponakannnya siapakah yang tengah hamil. Sunan Gunung Jati lantas menebak jika Ong Tin-lah yang tengah hamil. Padahal, pada waktu itu yang tengah hamil adalah keponakan Kaisar Cina.

"Kaisar Cina kaget dan mengusir Kanjeng Sunan karena dianggap salah. Tapi setelah diperiksa ternyata Ong Tin hamil sungguhan. Tidak ada yang bisa menyembuhkan Ong Tin di sana," kata dia.

Untuk menyembuhkan Ong Tin, maka Kaisar Cina menyuruh belasan ribu prajurit bersama Ong Tin untuk menyusul Sunan Gunung Jati ke Cirebon denagn membawa 200 kapal berisi keramik dan guci sebagai hadiah sekaligus menikahkan Ong Tin dengan Sunan Gunung Jati.

Karena memang Ong Tin pada awalnya sudah jatuh cinta kepada Sunan Gunung Jati, maka Ong Tin pun bersedia menikah. Namun sebelum menikah Ong Tin diislamkan terlebih dahulu. Bahkan, ribuan prajuritnya juga ikut menjadi mualaf. Ada sebagian prajurit yang menetap di Cirebon bersama Ong Tin dan ada pula yang kembali ke Cina.

"Tapi pernikahan dengan Ong Tin, Sunan tidak dikasih keturunan. Karena yang ada di kandungan Ong Tin adalah ular. Nah ular itu lahir dan berubah jadi manusia, tapi atas izin Allah anak itu kemudian meninggal dan bertahan hanya lima menit," kata dia.

Makam Ong Tin sendiri juga ada di area makam Sunan Gunung Jati. Banyak warga Tionghoa yang juga datang berziarah ke Makam Sunan Gunung Jati karena keberadaan makam Ong Tin. Bahkan ada fasilitas untuk sembahyang orang cina yang ada didepan gerbang makam Ong Tin.

"Ini salah satu bukti orang yang beragama islam saja boleh beribadah di Wukir Sapta Rengga (sebutan nama makan Sunan Gunung Jati dan keluarganya," kata Imron.

Untuk sekedar diketahui, Wukir Sapta Rengga ini memiliki sembilam tingatan yanh berbentuk seperti terasiring. Setiap tingkatan memiliki satu buah pintu gerbang. Makam Sunan Gunung Jati sendiri berada di tingkatan paling atas yakni tingkat ke sembilan.

Sedangkan tingatan pertama hingga kedelapan adalah tempat dimana para keluarga Sunan Gunung Jati dimakamkan. Pintu gerbang yang berjumlah sembilan tersebut memiliki nama yang berbeda dan tersusun bertingkat menyesuaikan tingkatan makam.

Kesembilan pintu itu diantaranya, Pintu Gapura, krapyak, pasujudan, ratnakomala, jinem, rararoga, kaca, bacem dan teratai atau blangbong. Bagi peziarah yang datang hanya diperbolehkan masuk hingga pintu ke lima. Sebab, pintu keenam hingga kesembilan hanya diperbolehkan untuk dikunjungi keluarga keraton atau keturunan Sunan Gunung Jati sendiri.

Penjaga makam Sunan Gunung Jati yang berpakaian lengkap seperti blangkon dinamakan Pati Keling. Jumlahnya mencapai 108 orang.

Konon jumlah penjaga makam ini tidak pernah berkurang atau pun bertambah. Mereka adalah anak cucu atau keturunan Prajurit Keling dari Kerajaan Kalingga yang tersampar di Cirebon dan dipilih menjadi pengawal pilihan Sunan Gunung Jati.

"Jadi nanti penggantinya itu ya anak cucunya lagi. Memang sudah begitu dari dulunya kalau Pati Keling. Jumlahnya juga enggak akan bertambah dan berubah," katanya.

Makam Sunan Gunung Jati ini juga merupakan salah satu wisata religi di Cirebon. Makam tersebut memiliki berbagai macam ritual, yaitu ritual Grebeg Syawal, Grebeg Rayagung, dan pencucian jimat.

Grebeg Syawal adalah ritual untuk mengenang tradisi Sultan Cirebon yang datang ke makan Sunan Gunung Jati setiap tahun. Ritual ini biasa diselenggarakan setiap hari ke 7 bulan Syawal.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved