Hikmah Ramadan

Ramadan: Bulan Melatih Lisan

Ada satu dosa yang sangat mudah kita lakukan, tapi justru seringkali kita abaikan. Dosa tersebut ialah dosa lisan.

Editor: Kisdiantoro
ISTIMEWA
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) 

Ditulis Oleh Gubernur Jawa Barat Dr (HC) H Ahmad Heryawan Lc MSi

TRIBUNJABAR.CO.ID - Ramadan merupakan kawah candradimuka bagi umat Muslim. Di bulan yang mulia itu, seluruh aspek dalam tubuh kita ditingkatkan. Fisik kita semakin sehat dengan melakukan shaum, begitupula batin dan spiritual kita juga turut digembleng dalam shaum.

Sebagai manusia, tentu kita tak luput dari kesalahan. Ada satu dosa yang sangat mudah kita lakukan, tapi justru seringkali kita abaikan. Dosa tersebut ialah dosa lisan. Dengan mudahnya kita mengatakan sesuatu, terlontar begitu saja dari mulut kita.

Kata-kata yang kasar atau menyakitkan bisa dengan mudahnya terucap seolah tanpa saringan. Ibarat sebuah ungkapan, “mulutmu harimau-mu”, lisan kita ini memang bisa berguna dan bisa juga membawa celaka.

Pepatah bijak mengatakan, “mulutmu adalah pedangmu”, jika benar menggunakannya, ia akan dapat menyelamatkan nyawa kita, tapi bila kita sembarangan menggunakannya, salah-salah nyawa kita yang terancam oleh pedang kita sendiri.

Selain itu, lisan juga merupakan cerminan atas akhlak dan keimanan seseorang. Memang, bisa jadi ada orang munafik yang mampu berkata-kata manis dan santun, tapi seseorang yang berkata-kata kasar dan kotor tentu sudah jelas terlihat seperti apa rendahnya kualitas iman dan akhlaknya.

Kepribadian kita pun terpancar dari lisan kita. Termasuk orang yang emosional, sabar, pemarah, dan lain sebagainya, akan tampak dari lisan yang terucap.

Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau hendaklah diam.” (HR Bukhari dan Muslim). Betapa bijaknya nasihat Rasulullah tersebut. Jadi, manakala kita berucap, haruslah sesuatu yang berguna. Jika tak ada manfaat atas ucapan kita tersebut, maka sebaiknya kita diam demi menghindari perbuatan sia-sia atau dosa.

Ini adalah bentuk kehati-hatian, sebab seperti sifat lisan itu sendiri, ia sulit dikontrol dan sering kali bersifat spontan. Maka, sebaiknya kita berhati-hati dan menjaga lisan kita dengan memegang prinsip seperti yang disampaikan dalam hadis tersebut.

Ramadan adalah bulan menahan dan mengendalikan hawa nafsu. Maka, lisan kita pun sejatinya juga ikut dilatih lewat bulan Ramadan ini. Jika kita misalnya senang mengumpat, berkata-kata kasar, kotor, atau ghibah. Maka bulan Ramadan kita diajak untuk memperhatikan segala perbuatan kita, termasuk lisan. Sebab, pada dasarnya lisan muncul karena dorongan dalam diri kita.

Dan semua itu juga tak lepas dari pengaruh hawa nafsu. Sementara itu, Ramadan ialah bulan ketika kita berlatih untuk menundukkan hawa nafsu. Dengan demikian, dorongan-dorongan untuk mengucapkan sesuatu yang tidak diridai oleh Allah Swt. pun akan ikut ditekan.

Digantikan dengan ucapan-ucapan dan lisan yang terpuji. Misalnya, kita lebih banyak berzikir, bertadarus, tilawah, atau berdakwah, melakukan amal makruf nahyi munkar. Kita pun disibukkan dengan aktivitas-aktivitas dan forum yang positif, maka dengan sendirinya lisan kita pun akan terarah pada ucapan-ucapan yang positif.

 “Sesungguhnya, seseorang dari kalian berkata dengan perkataan yang diridai Allah, dia tidak menyangka bahwa kalimat itu bisa sampai pada apa yang dicapai (oleh kalimat itu), kemudian Allah mencatat baginya disebabkan kalimat itu pada keridhaan-Nya sampai hari dia bertemu dengan-Nya.” (HR Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasa’i).

Sebaliknya, “Dan sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat dari yang dimurkai Allah yang tidak diperhatikannya, sehingga Allah melemparkannya disebabkan kalimat itu ke dalam Neraka Jahanam.” (HR. al-Bukhari). Maka, pandai-pandailah menjaga lisan. Mari kita jadikan Ramadan sebagai wahana bagi kita untuk memperbaiki lisan kita.(*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved