Jejak Penyebaran Islam
Kampung Mahmud, Konon Dibangun Setelah 4 Penjurunya Ditebar Tanah dari Mekkah
Jika Anda menyusuri kampung tersebut. Anda akan menemukan plang "Makom Karomah Mahmud."
Penulis: Yudha Maulana | Editor: Kisdiantoro
BANDUNG, TRIBUNJABAR.CO.ID - Penyebaran agama Islam, konon salah satunya bermula dari Kampung Mahmud, Desa Mekar Rahayu, Kabupaten Bandung, lima abad lalu.
Jejak perjalanan tokoh-tokoh penyebar ajaran Islam itu masih terlihat hingga kini.
Jika Anda menyusuri kampung tersebut. Anda akan menemukan plang "Makom Karomah Mahmud."
Plang itu menggantung di gapura, di mulut gerbang masuk dari sebuah kampung adat yang terletak di Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung.
Ialah, Eyang Dalem Abdul Manaf, putra dari Eyang Dalem Nayaderga dan merupakan keturunan ke-7 dari Syarif Hidayatullah atau yang dikenal Sunan Gunung Jati menjadi pencetus berdirinya kampung tersebut.
Salah seorang sesepuh kampung, H. Syafie (66) yang juga turunan ke-9 Eyang Dalem Abdul Manaf, bercerita ketika Tribun menyambangi kediamannya di Kampung Mahmud kemarin. Ia mengatakan bahwa Kampung Mahmud merupakan bentuk keteguhan dari leluhurnya untuk menyebarkan ajaran Islam.
Lebih lanjut, tutur H. Syafie, Eyang Dalem Abdul Manaf mendapatkan ilham untuk membuat kampung sekaligus pesantren di atas rawa-rawa pinggiran Sungai Citarum. Namun, untuk menuntaskan hajatnya, beliau (Eyang) diharuskan melakukan "tebusan".

Tebusan itu mengharuskan Eyang Dalem Abdul Manaf pergi ke Tanah Suci dan mengambil segenggam tanah di Kampung Mahmud yang berada di Mekkah. Tanah tersebut kemudian ditebarkannya ke berbagai penjuru rawa, hingga akhirnya bisa dibentuk suatu kampung.
"Saya kurang tahu, apakah dulunya di sini ada kampung dulu atau tidak, tapi dulunya memang benar di sini adalah rawa, sebab Kp Mahmud dikelilingi oleh Citarum, seolah-olah pulau kecil tapi tidak pernah kebanjiran," kata H. Syafie.
Dalam perjalannya menyebarkan ajaran Islam, Eyang Agung Dalem Abdul Manaf didampingi oleh dua murid yang patuh terhadap ajaran Islam. Mereka adalah Eyang Agung Zainal Arif dan Eyang Abdullah Gedug.
Eyang Agung Zainal Arif merupakan putra dari Eyang Asmadin dan keturunan keempat dari Syeikh Abdul Muhi dari Pamijahan, Karangnunggal, Tasikmalaya. Khusus untuk Eyang Agung Zainal Arif, ia ditugaskan oleh Eyang Dalem Abdul Manaf untuk melakukan uzlah atau bertapa selama 33 tahun di 33 gunung.
Sedangkan Eyang Abdullah Gedug dididik langsung oleh Eyang Dalem Abdul Manaf. Atas izin Allah, kata H. Syafie, agama Islam dapat menyebar secara cepat di tatar Priangan.
Ilmu tauhid menjadi salah satu ajaran yang paling dikemukakan oleh Eyang Dalem Abdul Manaf disamping mengajarkan kepada pengikut ajarannya untuk berperilaku rendah hati dan mencontoh amalan Rasulullah Muhammad SAW. Oleh karena itu, beliau memberikan beberapa pantangan untuk keluarga maupun pengikutnya.
Mulai dari larangan berternak kambing dan angsa (soang), menggelar wayang, menabuh go'ong, menampilkan jaipongan, membuat sumur, hingga membuat rumah megah (gedong) yang terbuat dari bata dan memasang kaca.
Larangan tersebut dijalankan dengan baik oleh warga Kampung Mahmud yang kebanyakan merupakan keturunan dari Eyang Dalem Abdul Manaf. Rumah-rumah di kampung tersebut sebagian besar berbentuk panggung dengan dinding dari bilik, tidak menggunakan genteng barong dan tembok.