Objek Wisata

Taman Batu Cijanun, Berada di Kampung Terpencil Tapi Riuh oleh Wisatawan

Sejak sebulan terakhir jad ramai, halaman rumah warga yang luas dijadikan tempat parkir mobil dan motor. Lumayan ada untungnya

Penulis: Mega Nugraha | Editor: Kisdiantoro
TRIBUN JABAR/MEGA NUGRAHA
Warga berwisata di Taman Batu Kolam Mata Air Cijanun Desa Cipeundeuy saat libur Hari Raya Nyepi, Selasa (28/3). 

PURWAKARTA,TRIBUNJABAR.CO.ID - Kampung terpencil di Desa Cipeundeuy Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta sejak sebulan terakhir ramai didatangi ribuan wisatawan, setelah warga desa setempat mengembangkan kolam mata air di kampung itu.

Pengelola kolam renang menamakannya Taman Batu Cijanun karena di area kolam banyak terdapat batu-batu alam yang ditata tak beraturan. Selain itu, kolam-kolam itu juga dibuat seperti aliran sungai. Sehingga, banyak anak-anak yang riang gembira bermain di kolam aliran sungai buatan.

Jalan akses ke Kampung Lembang Sari itu sebenarnya mampu menampung satu kendaraan lewat. Namun, banyaknya wisatawan membawa kendaraan roda empat membuat kampung itu lebih ramai. Kampung itu berada sekitar 30 km dari pusat kota Purwakarta.

Sejumlah rumah warga yang memiliki halaman luas dijadikan tempat parkir kendaraan roda empat. Kepadatan di kampung yang jauh sebelumnya sepi mulai terasa riuh dan ramai, seperti halnya pada libur Hari Raya Nyepi saat ini.

"Sejak sebulan terakhir jad ramai, halaman rumah warga yang luas dijadikan tempat parkir mobil dan motor. Lumayan ada untungnya," kata Sobirin (45), pemilik rumah di kampung itu saat ditemui di kediamannya, Selasa (28/3)

Kampung itu memiliki mata air dengan kapasitas melimpah dan mampu mengairi sawah dan kebun warga. Sebelumnya, warga sekitar mampu membuat satu kolam tampungan. Itupun sudah ada sejumlah wisatawan yang datang karena kejernihan airnya.

Namun saat ini, warga dibantu aparat pemerintahan desa mengembangkan wisata kolam mata air itu hingga tiga kolam renang yang ditata secara alami. Setiap akhir pekan, ribuan warga dari berbagai daerah mendatangi lokasi itu.

"Saya buka usaha jual makanan modalnya Rp 1 juta, alhamdulillah sejak sebulan terakhir buka usaha sudah balik modal," ujar Titin (46), perempuan penjual makanan dan minuman ringan di sekitar kolam mata air.

Kelemahannya, akses menuju lokasi itu dari Jalan Raya Bojong-Wanayasa pantauan Tribun, 50 persen infrastruktur jalan kurang memadai. Terutama, akses jalan yang hanya bisa dilalui satu kendaraa kecil. Belum lagi, tidak ada tempat parkir.

"Mobil harus parkir jauh, bisa 1 km karena di sekitar kolam lahannya sempit. Jadi kami harus jalan kaki," ujar Irwansyah (38), warga Kabupaten Karawang.

Tempat itu selain berkonsep kolam renang alami, jauh dari konsep kolam renang modern, pengaruh media sosial juga begitu kuat. Sejumlah pengunjung mengetahui tempat itu dari foto maupun video yang dibagikan di berbagai jejaring media sosial.

"Tahu dari foto-foto di media sosial. Kami penasaran jadi memang niat datang kesini untuk wisata murah karena bayarnya cuma Rp 10 ribu," katanya.

Warga setempat yang juga pengelola kola renang, Imron Salim (45) mengatakan ia dibantu warga lainnya serta pemerintahan desa mengembangkan kolam renang itu sejak awal Maret.

"Pengembangan ini sejak 3 Maret tahun ini dibantu aparat pemerintahan desa karena mata airnya milik desa," kata Imron.

Ia mengklaim wisata alternatif di bawah kaki Gunung Burangrang itu telah didatangi lebih dari 2000 orang. "Dilihat dari penjualan tiket sejak 3 Maret hingga saat ini sudah ada 2300 pengunjung yang datang," ujarnya.

Kata Imron, sejak resmi dibuka, ia mengakomodir puluhan warga sekitar dalam pengelolaan kolam wisata itu. "Mayoritas warga sini, mulai dari penjaga kolam, tiket, petugas di pintu masuk, parkir hingga yang masak untuk jualan. Mudah-mudahan ini bisa membantu perekonomian warga," katanya.(men)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved