Rumah Ambles di Cipatat
VIDEO: Pergerakan Tanah Hancurkan Rumah-rumah di Cipatat, Ratusan Orang Mengungsi
Mak Edah (60) mengaku hanya membawa pakaian alakadarnya serta tas yang berisi dokumen penting seperti akta tanah dll
CIPATAT, TRIBUNJABAR.CO.ID - Akibat pergerakan tanah ratusan warga Kampung Cikatomas Sasak Gantung RT 05/10 Desa Citatah, Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat diungsikan. Untuk sementara warga menempati tenda darurat berukuran 10x5 meter yang didirikan Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) KBB di depan perusahaan Bhumiadya Indonesia, Sabtu (19/11).
Dengan beralaskan terpal berwarna orange dan tikar yang warga bawa masing-masing, tenda darurat tampak penuh sesak oleh pengungsi yang terdiri dari anak-anak, orangtua, lansia dan para remaja. Selain itu ruang tenda darurat juga disesaki dengan barang bawaan pengungsi seperti tas berisi baju dan dokumen penting.
Mak Edah (60) mengaku hanya membawa pakaian alakadarnya serta tas yang berisi dokumen penting seperti akta tanah dll. "Yah emak mah cuma bawa pakean we jeung surat-surat bisi leungit jeung sok butuh. Parabot jeung bangsal mah diantep weh. (Emak hanya membawa pakaian dan surat-surat penting takut hilang dan takut diperlukan. Perabotan dan beras mah dibiarkan)," katanya sambil terisak.
Menurut ketua RT 05 Ujang (47) kurang lebih terdapat sekitar 122 jiwa dari sekitar 35 kepala keluarga yang tercatat di RT 05/10 selama ini. Jumlah tersebut belum dengan jumlah warga pendatang di kampung tersebut.
"Untuk yang tercatat 122 jiwa dari 35 kk, sementara untuk pendatang baru saya belum hitung," ujar Ujang saat ditemui di lokasi kemarin.
Sementara Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD KBB Dicky Maulana di lokasi mengatakan pihaknya akan mengupayakan pembangunan MCK, dapur umum dan penerangan sementara untuk para pengungsi di tenda darurat.
"Sedang kami upayakan. Kami sudah berkoordinasi dengan Provinsi mudah-mudahan bisa diupayakan toilet fortable. Dapur dan lampu sedang kami upayakan juga," tuturnya kemarin.
Terkait penyebab pergerakan tanah, pihaknya belum bisa memberikan keterangan pasti, apakah disebabkan pembangunan pabrik bubur kapur di dekat perkampungan warga. (aa)