PPDB Kota Bandung 2016
LIPUTAN KHUSUS: Orang Tua Protes, Juara Renang Nasional Terlempar dari PPDB Kota Bandung
Redy menduga anaknya itu kalah oleh pesaingnya yang diduga memalsukan sertifikat.
BANDUNG, TRIBUN - Redy Miraz Muslim menyayangkan anaknya, Citra Puspa Ramadhan, tidak masuk dalam jajaran teratas 14 peserta jalur prestasi terbaik di SMPN 2 Bandung.
Padahal, katanya, Citra peraih medali emas, perak, dan perunggu di kejuaraan renang tingkat nasional Kejuaraan Renang Antarperkumpulan Seluruh Indonesia (Krapsi) pada 2014. SMPN 2 hanya menerima 14 siswa dari jalur prestasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2016.
Redy menduga anaknya itu kalah oleh pesaingnya yang diduga memalsukan sertifikat. Dia mengaku menemukan beberapa kejanggalan selama proses penerimaan pada jalur tersebut. Redy menyayangkan Peraturan Wali Kota (Perwal) tentang PPDB tahun 2016/2017 ternyata masih memiliki celah berbuat curang.
"Pada saat wawancara pertama dengan salah satu guru olahraga di sana memang SMPN 2 Bandung memerlukan atlet renang. Saingan anak saya itu juara dunia semua. Muncul atlet-atlet dunia baru. Ini bener enggak?" ujarnya saat ditemui di kediamannya di Kompleks Taman Melati Blok E1 No 5, Jalan Pasir Impun, Kota Bandung, Selasa (21/6).
Dia juga melihat ada pendaftar di sekolah itu yang memiliki prestasi di cabang olahraga taekwondo. Status peserta tersebut berubah hanya dalam waktu dua hari. "Pada hari kedua PPDB statusnya juara Asia, tetapi saat hari terakhir PPDB, saya lihat dia berubah jadi juara dunia," katanya.
Ia menilai hal tersebut janggal. Karena, katanya, proses validasi sertifikat di Komite Olahrga Nasional Indonesia (KONI) bisa memakan waktu satu hingga dua minggu. "Tidak mungkin orang bisa memvalidasi secepat itu (satu sampai dua hari)," ujarnya.
Menurut Redy, Citra mendapat skor dari KONI 1.113 karena berhasil mengumpulkan 81 medali. KONI, katanya, telah memvalidasi. Namun nilai tersebut tidak diberlakukan di SMPN 2 setelah adanya perubahan. Pihak sekolah, kata dia, hanya menerima sertifikat dengan level minimal tingkat nasional karena pendaftar jalur ini banyak yang menggenggam sertifikat di atas tingkat nasional.
"Di perwal itu disebutkan bahwa juara tingkat kecamatan sampai juara dunia itu ada nilainya. Namun yang aneh, kenapa di sini peserta (kejuaraan) pun dapat nilai? Nilai peserta dunia itu hanya terpaut satu dari juara perunggu nasional. Ini menjadi celah para oknum untuk memanfaatkan," katanya.
Dengan sistem itu, Citra hanya mendapat skor 34 hasil dari akumulasi dua sertifikat juara nasional dan juara kejuaraan tingkat Jawa Barat. "Pihak SMPN 2 Bandung mengatakan KONI salah menerjemahkan. Katanya KONI memasukkan semua sertifikat yang harusnya hanya sertifikat tertinggi. Setelah saya tanya ke Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung, ternyata skoringnya bukan dilakukan oleh KONI, tapi harus dilakukan oleh Disdik. Kok jadi Disdik yang menilai, bukan KONI?" ucapnya.
Ia melanjutkan, di saat terakhir PPDB, sistem nilai dari KONI tidak dipertimbangkan lagi untuk masuk di sekolah. "Nilai dari KONI ditendang oleh Diknas. Tidak dipakai lagi, pengesahan sertifikatnya. Orang bisa leluasa memasukkan sertifikat ke sekolah yang dituju tanpa pengesahan KONI. Karena KONI sudah tidak dilihat lagi," ujarnya.
Menurut Redy, guru SMPN 2 Bandung yang sudah mengusahakan untuk bisa menerima atlet berprestasi ternyata sudah menyerah. Guru tersebut, lanjutnya, mengatakan sistem membuat Citra tidak masuk ke jajaran 14 besar tersebut.
"Gurunya bilang dia tahu kapasitas Citra sangat mumpuni untuk mengikuti O2SN. Guru ini menjanjikan akan menghadap kepala sekolah untuk mengusahakan anak kami diterima di SMPN 2 Bandung karena diperlukan untuk O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional). Tapi nyatanya anak kami tidak masuk," katanya.
"Awalnya anak kami ada di peringkat 13. Besoknya namanya tidak tercantum di daftar 14 teratas. Setelah dikonfirmasi kepada guru di SMPN 2 Bandung tersebut, dia angkat tangan. Dia bilang sudah mengusahakan. Ternyata pihak audit dari Disdik Kota Bandung tidak menyetujui dengan nilai yang ada untuk perenang ini (Citra). Jadi, anak saya tidak masuk ke dalam kriteria," ujarnya.
Ia melakukan konfirmasi kepada pihak Dinas Pendidikan Kota Bandung soal adanya audit itu. "Setelah saya konfirmasi, ternyata Disdik tidak melakukan audit di sekolah mana pun. Disdik hanya menginstruksikan merekap ulang, bukan audit," katanya.
Ia pun menyayangkan lambannya respons pihak sekolah dalam memberikan kejelasan tentang status pendaftar di jalur prestasi ini. "Guru yang mau mengusahakan anak saya diterima di SMPN 2 karena berprestasi enggak memberi tahu kepada kami bahwa nilai kami tidak cukup untuk masuk ke sekolah ini. Kalau kami diberi tahu, kami akan cabut berkasnya," ucapnya.
Selain Citra, atlet renang peraih medali emas tingkat nasional lainnya, Muhammad Kemal, juga tidak masuk dalam jajaran 14 besar tersebut. "Citra dapat nilai 34, sedangkan Kemal 35. Aman mereka sebetulnya kemarin itu. Tapi menurut panitia PPDB SMPN 2, Citra dan Kemal tidak bisa masuk SMPN 2 karena hasil audit tim dari pihak Disdik Kota Bandung," ujarnya.
"Kami menjadi juara kelompok umur 12 tingkat nasional itu sudah sangat tergopoh-gopoh. Sekarang harus kalah dengan sistem yang mengatakan bahwa hanya satu medali yang digunakan. Kalau head to head seperti itu, ya, enak yang mengikuti kejuaraan dunia, kejuaraan Asia, yang hanya sekali," jelasnya.
Ia mengatakan, jika Perwal PPDB tahun ini dipertahankan, atlet-atlet asli akan sangat sulit untuk tembus sekolah favorit. "Saya datang ke Disdik ternyata pengaduannya banyak sekali. Masalahnya hampir mirip-mirip seperti anak saya," katanya. (ee)
Apa penjelasan Kepala SMPN 2 Bandung, Rudi Rachadian, soal perubahan peringkat pendaftar jalur prestasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2016/2017? Baca berita selengkapnya di edisi cetak Tribun Jabar hari ini, Kamis (23/6/2016). Follow akun twitter Tribun Jabar: @tribunjabar dan facebook: tribunjabaronline, untuk mendapatkan info terkini.