Bandung Menjawab

Ini Dua Masalah yang Kerap Menghantui Kecamatan Babakan Ciparay

Menurut Dedi, faktor utama pemicu kepadatan adanya Pasar Induk Caringin yang menjadi pusat perekonomian.

Penulis: Tiah SM | Editor: Dedy Herdiana
TRIBUN JABAR/TIAH SM
Camat Babakan Ciparay, Dedi Sutiadi. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Tiah SM

BANDUNG, TRIBUNJABAR.CO.ID --- Camat Babakan Ciparay Kota Bandung Dedi Sutiadi mengatakan permasalahan yang kerap terjadi di wilayahnya adalah soal urbanisasi dan sampah.

"Kecamatan Babakan Ciparay satu dari lima wilayah terpadat di Kota Bandung. Jumlah penduduknya mencapai sekitar 120.000 jiwa," ujar Dedi saat acara Bandung menjawab di Balai Kota, Selasa (21/6/2016).

Menurut Dedi, faktor utama pemicu kepadatan adanya Pasar Induk Caringin yang menjadi pusat perekonomian.

Selain itu sebagai daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung, Pasar Induk Caringin tidak hanya mengundang pedagang dari Bandung Raya dan wilayah Jawa Barat, juga pedagang dari Sumatera.

“Jadi pasar induk itu punya daya tarik tersendiri. Bukan hanya dari lokal Provinsi Jawa Barat saja, tapi dari Sumatera dari Medan juga ada,”ujar Dedi.

Menurut Dedi, pihaknya tengah berupaya mengendalikan urbanisasi ke wilayahnya melalui pengetatan penerbitan surat-surat kependudukan.

Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya pertambahan penduduk dari luar daerah.

Selain adanya pasar, kata Dedi, juga banyaknya ruang-ruang industri yang menarik orang untuk tinggal di Babakan Ciparay.

“Kami itu banyak industri, pabrik. Jadi banyak menyerap tenaga kerja, baik dari dalam maupun dari luar,” ujar Dedi.

Para tenaga kerja tersebut sebagian besar bekerja sebagai buruh perusahaan, buruh perdagangan, dan petani penggarap.

Menurut Dedi, dampak lain dari urbanisasi ini adalah peningkatan volume sampah, terutama yang berasal dari Pasar Induk Caringin.

"Pengendalian sampah pasar ini cukup berat karena dilakukan secara swakelola," ujarnya.

Untuk mengatasi sampah, telah berkoordinasi dengan pengelola Pasar Induk Caringin untuk menekan jumlah produksi sampah dari pasar.

“Saya telah koordinasi dengan Pasar Induk Caringin agar mengeluarkan sebuah ketentuan agar seminimal mungkin sampahnya,” ujar Dedi.

Dedi mengatakan pernah melakukan survei, salah satunya terhadap pedagang jeruk. Menurutnya, dari 5 ton jeruk yang dikirimkan ke pasar induk ini, 1-1,5 ton di antaranya akan berakhir di tempat sampah karena busuk atau tidak layak jual.

Untuk pengelolaan sampah, saat ini di Pasar Induk Caringin telah memiliki biodiester. Namun kapasitasnya belum memadai sehingga masih menyisakan sampah.

Dedi mengatakan Babakan Ciparay memiliki luas wilayah 755 hektare yang terdiri dari 6 kelurahan, 57 RW, dan 365 RT. Dari segi pembangunan wilayah, saat ini penyerapan anggaran untuk Program Inovasi Pemberdayaan Pembangunan Kewilayahan (PIPPK) sebesar 8 persen.

Dedi menargetkan pencapaian di akhir Agustus sebesar 80 persen. Pembangunan wilayah saat ini diprioritaskan untuk perbaikan infrastruktur. (tsm)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved