Nasi Akeul Astro, Kuliner Khas Sunda yang Dimasak dengan Hawu

"Hawu itu semacam anglo atau kompor tanah liat yang memanfaatkan kayu bakar untuk proses memasaknya," kata Asep belum lama ini.

Penulis: Siti Fatimah | Editor: Kisdiantoro
TRIBUN JABAR/SITI FATIMAH
Seseorang tengah memasak nasi akeul, nasi yang dimasak menggunakan alat tradisional khas Sunda. 

TRIBUNJABAR.CO.ID - GARUT menjadi salah satu kabupaten di Jawa Barat, yang cukup banyak dikunjungi wisatawan domestik. Wisata alam di kabupaten ini sudah banyak dikenal, sebut saja Cipanas dan Kamojang. Wisata kulinernya juga menjadi salah satu alasan wisatawan ingin berkunjung ke daerah berhawa sejuk ini.

Salah satu tempat wisata kuliner yang unik adalah Nasi Akeul Astro. Terletak di pinggir jalan menuju kota Garut, Nasi Akeul tidak saja mengajak pengunjung menikmati hidangan tapi bisa melihat langsung proses membuat nasi akeul.

Meski nasi akeul adalah seni memasak khas tatar Sunda, namun tidak semua orang asli Sunda tahu apa itu dan bagaimana tentang nasi akeul, terutama kaum muda. Karena di zaman serba gadget dan elektrik, kebiasaan tradisional ini sudah ditinggalkan.

Menurut Owner Nasi Akeul Astro, Asep, nasi akeul adalah nasi yang dimasak menggunakan alat tradisional khas Sunda yang digunakan untuk menanak nasi, namanya boboko. Beras yang sudah dicuci bersih ini dimasukkan dalam boboko yang kemudian boboko tersebut dimasukkan ke dalam langseng berisi air. Proses memasaknya juga tidak menggunakan kompor gas atau kompor minyak tanah tapi menggunakan "hawu".

"Hawu itu semacam anglo atau kompor tanah liat yang memanfaatkan kayu bakar untuk proses memasaknya," kata Asep belum lama ini.

Memasak nasi seperti ini bisa cepat atau lama tergantung api dari hawu. Namun nasi matang sempurna, api tidak terlalu besar juat tidak terlalu kecil. Bila sudah matang, proses selanjutnya nasi ditaruh di tempat nasi berbentuk kotak besar terbuat dari anyaman. Nasi kemudian diaduk-diaduk sampai dingin. Biasanya agar cepat, sambil diaduk, nasi dikipasi dengan kipas tradisional yang juga terbuat dari anyaman bambu.

"Nasi yang sudah dingin inilah yang disebut nasi akeul," katanya.

Menurut Asep, masih banyak orang yang memilih nasi akeul daripada nasi hangat. Karena nasi akeul dianggap lebih pulen saat disantap dibanding nasi yang dimasak dengan cara modern. Karena peminatnya masih banyak inilah, ia menawarkan kuliner tradisional tersebut sekaligus memperlihatkan proses pembuatannya kepada pengunjung.

"Kami sengaja menempatkan dapur untuk memasak nasi akeul ini di depan atau sejajar dengan pintu masuk, agar pengunjung bisa melihat langsung prosesnya dan mengenalkan juga alat-alat tradisional untuk memasak khas Sunda," katanya.

Resto yang buka setiap hari mulai pukul 10.00 ini tidak saja menyajikan nasi akeul tapi juga kuliner tradisional lainnya yang lagi-lagi makanan khas tradisional Jawa Barat, seperti oseng cabe hejo.

Oseng ini terdiri cabe hijau besar yang ditumis dengan bawang putih, bawang merah serta bumbu lainnya. Meski cabe, oseng ini tidak sepedas sambal karena cabe yang dimasak adalah cabe muda yang segar. Ketikan dimakan sebagai teman nasi, oseng cabe hejo ini bukanlah sambal tapi sebagai lauk atau sayut seperti halnya oseng kangkung. (tif)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved