Komunitas
Penunggang Kuda Lumping Kampung Hujung
Sang penerus yang akrab disapa Abah Yayat menamakan komunitasnya Kuda Lumping Putra Hujung.
Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Hermawan Aksan
MEWARISI budaya turun-temurun, sekelompok masyarakat di Kampung Hujung RW 01, Desa Ciparay, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, menekuni kesenian tradisional kuda lumping. Sang penerus yang akrab disapa Abah Yayat menamakan komunitasnya Kuda Lumping Putra Hujung.
"Sempat hampir punah dan dilupakan oleh masyarakat. Maka pada tahun 1974 kami bersama masyarakat sekitar sini kembali menghidupkan seni kuda lumping ini," ujar Abah Yayat kepada Tribun melalui sambungan telepon.
Ia mengatakan seni kuda lumping yang dikembangkannya saat ini hanya sebatas seni dan berbeda dengan kuda lumping yang biasanya melakukan hal-hal yang dianggap "tidak biasa". Abah melakukan pengaderan kepada anak dan cucunya serta warga sekitar untuk melestarikan kesenian kuda lumping asal Ciparay ini.
"Saya berharap kesenian ini menjadi daya tarik kampung kami. Melihat keseniannya yang berbeda dari kuda lumping lainnya. Kami memiliki gaya pementasan sendiri," kata Abah.
Abah mengatakan bahwa kesenian tradisional ini mempunyai agenda rutin setiap tahun, yakni setiap bulan Agustus. Pementasan tersebut dilakukan di kampung Hujung. Setiap tahun pula banyak sekali warga dari sekitar Kabupaten Bandung yang berkunjung untuk menyaksikan seni tradisional kuda lumping tersebut.
"Setiap tahun kami punya agenda rutin, tapi saat ini kami sering diminta tampil pada berbagai macam acara di Kota Bandung," kata Abah.
Abah mengatakan untuk satu kali pementasan ada belasan warga yang terlibat. Mulai dari personel untuk menabuh alat kesenian sampai dengan para penunggang kuda lumping itu sendiri. Mereka berasal dari keluarga dan tetangga-tetangga dekat.
"Bahan kuda lumping kami berasal dari kayu, jadi berbeda dengan kuda lumping yang biasanya terbuat dari kulit. Kami bentuk dan lukis sendiri," kata Abah.
Abah mengatakan ada skenario dan karakter setiap penunggang dari setiap pementasan seni tradisional yang ia pertahankan. Hal tersebut tergantung dari yang mengundang acara. Ia berharap seni tradisional kuda lumping Kampung Hujung semakin dikenal masyarakat luas tidak hanya sebatas wilayah Bandung Raya saja.
"Ini warisan turun temurun saya berharap lebih dikenal lagi oleh masyarakat luas, sehingga ini menjadi keunggulan juga bagi Kabupaten Bandung," katanya. (fam)