Kuliner

Memodifikasi Sajian Khas Iedul Fitri, Lebuh Menarik dan Yummy

Menu khas lainnya adalah Opor Ayam dan Rendang. Kedua sajian ini dapat dikombinasikan dalam bentuk kari, dengan mengganti bahan bumbu utama keduanya

Penulis: cr3 | Editor: Kisdiantoro
TRIBUN JABAR/ ARDHI NUGRAHA WAHID
Opor Ayam 

Hari Raya Iedul Fitri pada tanggal satu Syawal menjadi momen yang ditunggu-tunggu muslim dan muslimah. Setelah melaksanakan ibadah satu bulan penuh selama bulan Ramadhan, momen pada tanggal satu Syawal. Tradisi mudik yang telah ada di Indonesia semenjak pemerintahan Soeharto menjadi budaya yang khas di Indonesia. Selain menjadi momen ketika keluarga berkumpul dan saling bersilaturahmi, hari raya ini sesuai sabda nabi menjadi pembersih dosa-dosa. Fitrahnya kembali manusia ditambah momen saling berkunjung antar teman, tetangga, maupun kenalan memang menjadi pengikat silaturahmi yang kuat. Bahkan, pada hari raya umat islam ini dijadikan momen untuk berziarah ke makam keluarga, ketika satu tahun sebelumnya tidak dapat dilakukan karena kesibukan duniawi.

Tentu saja, Iedul Fitri 1436 H tidak akan lengkap tanpa berbagai sajian khas yang menyertainya. Banyaknya kunjungan tamu, menjadi momen dimana sunah nabi berikutnya diamalkan. Umat muslim disarankan untuk menerima tamunya dengan baik, dan tuan rumah pun harus beramah tamah dengan tamu. Salah satunya adalah dengan menyajikan berbagai makanan khas Lebaran. Keunikan sajian hari raya di Jawa Barat, khususnya Bandung, menjadi suatu tradisi yang sangat melekat pada umat muslim kebanyakan. Kuliner yang tersaji biasanya adalah Ketupat, Opor Ayam, Rendang, Kentang Balado dan variasi kue kering. Beberapa hari menjelang Iedul Fitri, ibu-ibu biasanya sudah berbelanja banyak bahan makanan untuk menyiapkan serta menyambut momen tahunan ini (selain pakaian baru khusus lebaran).

Dimulai dengan sajian beras yang dilapisi oleh daun kelapa. Daun kelapa kering yang biasa digunakan sebagai janur kuning penanda adanya pesta perkawinan di suatu tempat, terjual di banyak tempat untuk para muslim menjelang hari raya. Ketupat memang diolah mirip seperti lontong, dengan mengukus beras, namun dengan bentuk kotak yang menjadi ciri khas Iedul Fitri.

Sajian standar lebaran ini layak untuk diolah berbeda. Ketupat yang dianggap sebagai pengganti nasi dapat diolah menjadi sajian lain yang independen. Layaknya ketan, santan dapat ditambahkan sebagai bahan ketupat sebagai menambah rasa. Bahkan, serutan daging kelapa dapat ditambahkan ketika ketupat sudah matang. Sebagai pengenalan, resep ini akan mirip dengan ketan bakar Subang atau Lemang dari Sumatera.

Adapula ketupat dapat disajikan dengan cara dibakar setelah matang. Berbeda dengan Lemang khas Sumatera, ketupat dibakar setelah masak. Bahkan, sajian ini menjadi mirip dengan nasi bakar, apalagi jika ditambahkan isi didalam beras. Selain menambah kegurihan dengan santan yang digunakan, ketupat dapat berisi suwiran daging ala Lemper, atau bahkan oncom. Dengan berbagai kombinasi isi, ketupat bukan hanya menjadi pengganti nasi, melainkan sajian baru yang terpisah dari menu lainnya. Jangan lupa, tekstur terbakar (mirip dengan ketan bakar Subang) pun menjadi sensasi lainnya.

Menu khas lainnya adalah Opor Ayam dan Rendang. Kedua sajian ini dapat dikombinasikan dalam bentuk kari, dengan mengganti bahan bumbu utama keduanya. Opor ayam yang menyajikan warna kuning kunyit dan rendang dengan bumbu kari yang kental dapat digantikan menjadi kari sepenuhnya. Hasilnya adalah bumbu kuah yang lebih kental dengan kekhasan bumbu Sumatera. Kombinasi asam, (jawa atau jeruk) cengkeh, ketumbar dan lada putih menyajikan sensasi lain bahan santan kelapa. Dengan begitu, ayam dan daging sapi yang biasanya tersaji terpisah dapat dikombinasikan dalam satu olahan. Keuntungan lainnya adalah menghemat waktu dalam memasaknya.

Terakhir, adalah sajian Kentang Balado yang penuh dengan bumbu merah cabai. Sesuai dengan kondisi cuaca Bandung yang sejuk atau bahkan cukup dingin, menambah selera untuk mengkonsumsi makanan pedas. Bukan hanya menjadi budaya yang melekat di daerah Priangan, namun makanan sunda memang terkenal dengan pedasnya yang menusuk rongga mulut.

Kentang yang tersaji pun sebaiknya bukanlah potongan kentang berukuran besar dan utuh, melainkan kentang yang terpotong memanjang tipis (stick) atau ala keripik, disangrai beserta bumbunya (setelah kentang digoreng hingga garing tentunya). Bahan bumbu sangrai agak berbeda, yaitu bukan hanya menggunakan cabai merah keriting, namun untuk menambah pedas ditambahkan pula cabai rawit. Cabai keriting dan cabai rawit bukan hanya menjadi bumbu utama, melainkan diiiris dengan ukuran cukup besar dengan biji yang tidak dibuang. Dengan begitu, hasiknya adalah rasa pedas mantap yang menusuk disertai tekstur cabai yang masih utuh.

Jika perlu, dapat ditambahkan berbagai bahan tambahan, contohnya adalah jamur kuping, bakso, tahu atau bahan lainnya yang mudah masak jika disangrai sekaligus dengan kentang. Bukan hanya menambah rasa, namun tekstur pun tidak akan membosankan. Bahan tambahan yang (diutamakan) memilliki tekstur kenyal menjadi pelengkap dari kentang yang tersaji garing.

Semoga ketiga menu khas Hari Raya Iedul Fitri yang dimodifikasi dapat menjadi pilihan tersendiri untuk meramaikan momen penting dengan variasi baru. Selamat merayakan Iedul Fitri. "Mohon Maaf Lahir Bathin" (CR3).

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved