Liputan Khusus Tribun Jabar

EKSKLUSIF: Desain Wilayah Jatinangor Tak Jelas, Apartemen Makin Marak

"Ketidakjelasan Jatinangor mau dibikin apa membuat tata kelola kawasan ini jadi makin semrawut."

Editor: Dicky Fadiar Djuhud
DOKUMENTASI TRIBUN JABAR
Liputan Khusus Tribun Jabar. 

JATINANGOR, TRIBUNJABAR.CO.ID - Tiga puluhan tahun lalu, Kecamatan Jatinangor di Kabupaten Sumedang tak seramai sekarang.

Saat itu daerah di perbatasan antara Kabupaten Bandung dan Sumedang ini masih sangat sepi, dipenuhi sawah, kebun, dan sedikit hutan.

Namun, sejak jalan besar membentang dari barat ke timur, dan kampus-kampus besar didirikan di sana, cepat sekali kawasan sepi ini berubah menjadi ramai.

y

Tahun 2012, dari total 26.200 hektare total luas kecamatan ini, hanya 2.102 hektare yang tersisa untuk pertanian.

Hanya dalam beberapa tahun nyaris semua sawah dan kebun berubah fungsi menjadi perumahan, pertokoan, dan pusat perbelanjaan.

Menjadi apartemen-apartemen yang tinggi. Menjadi tempat-tempat kos yang menyebar bahkan hingga ke pelosok kampung.

Kabarnya, selain empat yang sudah ada, yakni Pinewood (20 lantai), Easton Park (26 lantai), Skyland (20 lantai), dan Melati (20 lantai), akan ada lagi tujuh apartemen yang rencananya dibangun dalam waktu dekat. Jatinangor telah berubah menjadi "kota kecil" yang ramai.

t

Namun, melihat pembangunan Jatinangor yang pesat, banyak orang yang mulai khawatir.

"Grand design Jatinangor sejauh ini belum jelas. Ketidakjelasan Jatinangor mau dibikin apa membuat tata kelola kawasan ini jadi makin semrawut. Pemerintah harus memberikan perhatian khusus," kata Ismet Suparmat, tokoh warga Jatinangor, belum lama ini.

Pada 2000, ketika masih duduk di DPRD Kabupaten Sumedang, kata Ismet, ia sudah mengajukan usulan agar ada perlakuan khusus untuk Jatinanagor ini.

"Jatinangor itu merupakan suatu kawasan yang tidak ada duanya di dunia, di mana perguruan tinggi berdampingan dengan indutri. Karena itu, harus ada perlakuan khusus. Bahkan sempat ada kajian yang menyebutkan bahwa Jatinangor layak dijadikan kota sendiri. Akan tetapi, political will-nya yang enggak ada dari pemerintah," kata Ismet.

Dadang Rohmawan, Sekretaris Komisi C DPRD Sumedang, mengatakan Kabupaten Sumedang belum siap dengan pertumbuhan pembangunan yang demikian cepat ini.

Ketidaksiapan itu diukur dari ketidaksiapan regulasi dan ketidaksiapan masyarakat terhadap cepatnya pertumbuhan pembangunan. Ketidaksiapan masyarakat juga terlihat dari masih sedikitnya masyarakat Jatinangor yang mengenyam pendidikan sarjana.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved