Konferensi Asia Afrika

Menyantap Colenak Murdi, Hadirkan Kembali Suasana KAA 1955

COLENAK menjadi salah satu hidangan yang mendapat apresiasi dari para pemimpin dunia yang hadir di Gedung Merdeka pada KAA 1955.

Penulis: Isa Rian Fadilah | Editor: Dicky Fadiar Djuhud
BUKBIS CANDRA ISMET BEY
Bety Nuraety, generasi ketiga pemilik Colenak Murdi Putra menyajikan colenak yang mendapat apresiasi dari para pemimpin dunia pada KAA 1955. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Laisa Khoerun Nissa

KELEZATAN colenak sudah diakui oleh banyak pihak.

Tak hanya oleh bangsa Indonesia, tempat panganan ini berasal, namun juga oleh bangsa lain

yang baru mencoba kuliner khas Bandung tersebut.

Bahkan, ketika Konferensi Asia Afrika (KAA) di tahun 1955, colenak menjadi salah satu hidangan yang mendapat apresiasi dari para pemimpin dunia yang hadir di Gedung Merdeka.

Berbicara tentang kuliner khas nan legendaris dari Kota Bandung, colenak Murdi Putra menjadi salah satu yang terdepan.

BACA: Menu Sunda Jadi Hidangan Makan Siang Delegasi KAA

BACA: Trans Hotel Rahasiakan Menu Jamuan Makan Siang KAA

BACA: Ini Kekurangan Persiapan KAA Menurut Presiden Jokowi

Kekhasan rasa dari paduan peuyeum (tape singkong) yang dibakar dengan tambahan berupa lumuran parutan kelapa dan gula merah menjadikan sajian ini tersohor hingga sekarang.

cl
Colenak murdi putra dan lokasi gerai colenak murdi di kawasan Jalan Ahmad Yani, Bandung. (foto: Bukbis)

Pertama kali diperkenalkan oleh Aki Murdi pada tahun 1930, panganan tradisional ini langsung digemari karena keunikan rasa dan tampilannya.

Saat itu, belumlah ada sajian peuyeum dengan tambahan gula dan kelapa seperti colenak.

Tak heran, sajian ini menjadi pilihan banyak pihak mulai dari kaum ningrat hingga rakyat biasa.

cl

Nama colenak sendiri diberikan oleh salah satu pelanggan Aki Murdi, singkatan dari frasa sunda dicocol enak.

Kelezatan sajian ini bahkan mengantarkan colenak sebagai salah satu hidangan yang disajikan dalam Konferensi Asia Afrika yang digelar di Bandung pada tahun 1955.

"Katanya para Menteri waktu itu berkunjung dulu ke sini, mencicipi colenak buatan kakek saya dan suka. Kemudian akhirnya dibawa kesana (Konferensi Asia Afrika 1955)," ujar Bety Nuraety, generasi ketiga pemilik Colenak Murdi Putra, Jumat (27/3/2015).

cl
foto: Bukbis

Bety mengatakan ketika acara KAA 1955 colenak menjadi makanan yang disajikan karena saat itu memang penyelenggara ingin menyajikan makanan tradisional.

Mengingat KAA digelar di Bandung, maka penyelenggara memilih colenak untuk disajikan kudapan para pemimpin dunia yang hadir dalam konferensi internasional tersebut.

Makanan ini pun mendapat apresiasi dari para delegasi yang hadir ketika itu. "Para pemimpin yang hadir di KAA bilangnya ini makanan yang unik dan enak. Unik karena

waktu dulu mah makanan tradisional masih sedikit yang terbuat dari sampeu (singkong)," katanya.

Rahasia kelezatan kuliner yang bertahan hampir 85 tahun tersebut, kata Bety, terletak dari bahan dan teknik pembuatan yang masih tradisional.

cl
foto: Bukbis

Bety mengungkapkan sedari dulu colenak Murdi Putra selalu diolah dengan cara dibakar diatas arang dan hawu.

Proses pengolahan yang terhitung jadul tersebut, turut memberi pengaruh terhadap rasa yang dihasilkan.

Penggunaan hawu atau tungku memberi aroma tersendiri pada tape yang dibakar sehingga menambah cita rasa.

Bahan baku yang digunakan pun menurutnya tetap setia pada resep karuhun.

BACA: Sepanjang Meliput KAA, Wartawan Bisa Pakai Bajaj Ke Mana Pun

Bety mengatakan pihaknya selalu menggunakan tape dari Cimenyan sebagai bahan baku utama pembuatan colenak.

"Dari jaman kakek, kita selalu menggunakan peuyeum (tape) dari Cimenyan. Teksturnya kuat, maksudnya tidak cepat lembek dibandingkan peuyeum dari daerah lain. Dari rasa juga berbeda, (peuyeum Cimenyan) terasa sampeu (singkong)nya. Biasanya yang lain (rasa tapenya) terlalu manis, ini ada agak asem-asemnya," ujarnya.

Resep yang digunakan merupakan warisan turun temurun dari Aki Murdi kepada keturunannya.

Originalitas rasa yang tak berubah inilah yang menjadi kelebihan colenak Murdi dan selalu dicari para penggemarnya.

Seiring perkembangan jaman, colenak Murdi Putra yang terletak di Jalan Ahmad Yani No. 733 ini mulai berinovasi dengan menghadirkan varian rasa baru.

Saat ini, colenak Murdi Putra memiliki tiga rasa yang bisa dipilih yaitu original, nangka dan durian.

cl
foto: Bukbis

Bety mengakui variasi rasa dibuat untuk memenuhi permintaan konsumen.

Meski begitu pihaknya juga sangat memilih rasa yang ditampilkan untuk menjaga titel kuliner tradisional yang disandang.

"Permintaan konsumen macam-macam ada yang ingin rasa stroberi, keju atau coklat. Cuma colenak kan bukan makanan ala sekarang jadi untuk variasi rasa pun kita ambil yang mencirikan tradisional Indonesia," katanya.

Saat ini, satu bungkus colenak Murdi Putra bisa dicicipi seharga Rp 9000. Sajian ini terasa pas jika disantap bersama segelas teh hangat. (isa)

>>NIY PEMAIN BOLA KENA "KARTU MERAH".. PELANGGARAN BERAT TRIBUNNERS.. "NGE-GOLIN" SEMBARANGAN http://bit.ly/1bnYIJvAyah dua anak itu "mencetak gol" dengan perempuan setelah timnya mengalami kekalahan 1-4.

Posted by Tribun Jabar Online on Tuesday, April 21, 2015
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved