Wisata Baru, Jadi Urang Lembur di Kampung Tradisi Ciwaru

Udara sejuk dan dingin khas pegunungan langsung menerpa ketika kita menginjakkan kaki di kawasan ini. Hamparan pemandangan Kota Bandung yang

Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Darajat Arianto
ASEP AKBAR
Para pemuda menampilkan tarian penyambutan kepada wisawatan saat peresmian Kampung Tradisi Ciwaru, Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung. 

Oleh Ferri Amiril Mukminin

TAK sulit menuju Kampung Ciwaru. Sebuah kampung di kaki Gunung Manglayang ini terletak sekitar tiga kilometer dari Alun-alun Ujungberung. Menempuh perjalanan sekitar lima menit melalui Jalan Nagrog, kita akan tiba di daerah dengan topografi alam berbentuk terasering.

Udara sejuk dan dingin khas pegunungan langsung menerpa ketika kita menginjakkan kaki di kawasan ini. Hamparan pemandangan Kota Bandung yang berada di bawah terlihat jelas dari puncak perbukitan. Apalagi jika malam hari, lampu-lampu kota terlihat berwarna memanjakan mata kita yang melihatnya. Alamnya yang masih didominasi oleh kebun-kebun ini membuat kita bisa menikmati udara segar sepuasnya.

Kampung Ciwaru terletak di sebelah kanan jalan. Sebuah plang lingkung seni Benjang seperti memberi tahu bahwa kita sudah tiba di kampung tradisi yang baru saja diresmikan. Gapura yang terbuat dari bambu sengaja dibangun di mulut gang kampung. Deretan rumah-rumah yang masih kental dengan unsur tradisional akan banyak kita temui jika kita terus menelusuri masuk lebih jauh ke perkampungan.

Rumah tradisional yang terbuat dari bambu dan kayu sengaja dipertahankan turun-temurun. Tidak hanya tampak dari luar. Masuk ke dalam rumah juga kita akan menemukan perkakas dan perlengkapan rumah tradisional, seperti hawu, ayakan, cecempeh, risbang, boboko, dudukuy, centong, hihid, aseupan, serta perlengkapan bertani. Semua tersusun rapi di tempatnya. Semua perkakas tersebut dibuat oleh tangan-tangan terampil warga kampung sendiri.

Menengok ke halaman rumah, kita akan melihat sebuah pekarangan yang tidak terlalu luas, tapi dimanfaatkan untuk menanam sayuran dan tanaman keperluan sehari-hari yang biasa digunakan untuk memasak. Pekarangan terpadu tersebut diberi nama Kebon Urang Lembur.

Di tengah kampung kita akan melihat sebuah area lapang kosong yang tadinya sebuah kebun bambu. Area tersebut dimanfaatkan warga saat ini untuk mementaskan seni atau arena bermain kaulinan orang lembur bagi anak-anak, seperti sorodot gaplok, bebentengan, ngadu kaleci, sampai ucing sumput.

Jangan kaget jika kita masuk dan langsung disapa penghuni kampung. Senyum khas orang kampung akan banyak ditemui di sini. Mayoritas penduduk yang masih memanfaatkan alam ini mencoba untuk terus mempertahankannya. Malam harinya, untuk melepas lelah setelah seharian bekerja di ladang atau pulang dari kota, warga memainkan kemahirannya dalam berkesenian. Kesenian merupakan sarana hiburan warga dan banyak dimainkan pada sore atau malam hari menjelang tidur.

Tidak hanya satu kesenian yang biasa dimainkan oleh warga. Ada lebih dari delapan kesenian dan berbagai bakat yang dimiliki warga di sini. Kesenian tersebut di antaranya benjang, pencak silat, kacapi suling, calung, wayang golek, reog, kasidah, dan pop Sunda.

Berangkat dari potensi kampung yang masuk ke dalam wilayah Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujungberung, ini, para pemuda-pemudi yang tergabung dalam Karang Taruna Wiwaha Mukti tergerak untuk mengeksplorasi dan ingin mengembangkannya. Melalui sebuah survei kecil-kecilan, para pemuda ini berkeliling kampung bertamu kepada warga satu per satu. Sekadar mengobrol ringan, atau hanya memperhatikan perilaku warga kampung, mulai bangun pagi sampai tertidur lagi.

Setelah melalui konsep sederhana, para pemuda akhirnya bermimpi untuk mewujudkan kampung tersebut menjadi kampung tradisi. Misi menjaga segala bentuk yang ada di kampung dari kepunahan merupakan misi utama. Mulai sikap perilaku orang kampung, rumah tradisional, sampai dengan berkesenian untuk menghibur diri dan keluarga. Semua dikemas dan mulai ditata agar mempunyai nilai juga bagi kampung  tersebut.

"Berawal dari mimpi tersebut, serta kesolidan para pemuda-pemudi kampung ini, kami berkeinginan untuk mewujudkan kampung ini menjadi kampung tradisi," ujar Ketua Karang Taruna, Asep Akbar.

Perilaku orang kampung yang mencintai kesenian yang mereka geluti sejak kecil kadang kerap kita dengar terutama di malam hari. Jangan heran jika suara kacapi suling terdengar mengalun di malam hari bersahutan dengan suara calung dari rumah yang lainnya. Atau ditambah dengan suara pemudi yang sedang berlatih kasidah. Suasana malam yang agak berbeda akan kita rasakan jika kita bisa bermalam di perkampungan ini. Ke depannya, Asep bercita-cita untuk menjadikan beberapa rumah ini sebagai rumah singgah bagi siapa pun yang ingin merasakan nuansa orang kampung.

"Ada beberapa rumah yang bisa dijadikan sebagai rumah tradisional di mana kita bisa merasakan sebagai orang kampung. Mulai dari bangun subuh dan pergi ke kebun, makan di saung, sampai sore pulang dan malam bermain kesenian, semuanya ada di sini," kata Asep.

Ia bercita-cita para pemuda yang bergerak dan berkolaborasi dengan masyarakat ini bisa mewujudkan Kampung Ciwaru sebagai kampung wisata. Menurut Asep, dengan seperti itu, taraf hidup warga kampung juga akan ikut terangkat. Apalagi hasil survei kecil-kecilan yang dilakukan semua warga langsung mendukung rencana para pemuda ini. Kearifan dan budaya lokal yang ada di kampung ini coba dilestarikan dari ancaman kepunahan seiring dengan berkembanganya zaman.

Penasihat Karang Taruna, Cepi Sadak Abas, mengatakan kegiatan yang dilakukan oleh para pemuda ini secara tidak langsung telah membantu para pelaku seni untuk mempromosikan bakatnya. Dengan demikian, para pelaku seni ini bisa bertahan di tengah kompetisi yang ada saat ini. Sebuah film dokumenter ringan juga coba dibuat dan disajikan oleh Karang Taruna untuk mempromosikan kampungnya.

Berbekal tekad yang kuat, dengan segala keterbatasan yang ada, akhirnya Kampung Tradisi Ciwaru diresmikan. Pementasan Benjang Panca Komala dan kesenian lainnya turut memeriahkan jalannya kegiatan yang dibuka oleh Camat Ujungberung, Disbudpar Kota Bandung, unsur Karang Taruna Kota Bandung, serta undangan lainnya ini. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved