Deru Kuda Balapan di Arcamanik Sudah Lama Tak Terdengar

DERAP langkah kuda dan suara riuh masyarakat kini sudah tidak terdengar lagi di area pacuan kuda yang berada di Jalan Pacuan Kuda, Arcamanik,

Editor: Darajat Arianto

Oleh Pamella Fricylia

DERAP langkah kuda dan suara riuh masyarakat kini sudah tidak terdengar lagi di area pacuan kuda yang berada di Jalan Pacuan Kuda, Arcamanik, Bandung. Lapangan yang dahulu selalu menjadi magnet para penikmat olahraga berkuda itu kini sudah tidak berfungsi lagi.

Awalnya, lapangan ini dibentuk oleh sekelompok orang yang menyukai olahraga berkuda pada 1974. Sebelum ada di Arcamanik, pacuan kuda pada awalnya ada di Tegallega, Bandung. Saat pindah ke Arcamanik, pacuan kuda telah siap digunakan.

Sebelum hanya menjadi pacuan kuda, lapangannya lebih luas. Untuk memanfaatkan lahan, dibuat juga lapangan golf. "Karena orang-orang berkuda dulu itu hobi golf, dibuatlah lapangan golf," ujar Jejen Rusyana Diyan, Sekretaris Umum Pordasi Jawa Barat di KONI Jabar, Senin (3/3).

Seperti pacuan kuda pada umumnya, pada bagian samping lapangan terdapat tribun yang merupakan tempat menonton pacuan kuda. Namun jika kita lihat sekarang, kondisi bangunannya sudah sangat tidak layak.

Tembok dan atapnya sudah tidak utuh. Selain itu, catnya sudah sangat pudar dan banyak terdapat coretan di mana-mana. Tribun itu kini hanya menjadi tempat kenangan bagi para penonton yang dahulu biasa menonton pacuan kuda.

Sisa-sisa arena pacuan pun masih dapat kita lihat jelas di lapangan ini. Namun sejak 2012, sesuai dengan keputusan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, bagian tengah lapangan disulap menjadi GOR yang akan digunakan untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016.

Menurut pengakuan pelatih kuda M Udis, kuda-kuda yang berasal dari Bandung merupakan kuda-kuda yang sangat bagus. Sejak dulu, kuda-kuda asal Bandung selalu ada yang disebar ke provinsi lain untuk dilombakan.

"Ini kan sebetulnya sejarah di Jawa Barat karena dulu Parahyangan itu kuda-kudanya sudah tersebar ke mana-mana sampai ke provinsi-provinsi lain," ujar Udis di istal kuda Arcamanik, Minggu (2/3).

Walaupun sudah tidak digunakan untuk lomba pacuan, kuda-kuda tersebut masih dirawat dengan baik. Menurut pengakuan Udis, kini terdapat 200 ekor kuda di istal (kandang kuda) yang berada di seberang lokasi pacuan kuda Arcamanik.

Kuda-kuda yang ada di istal pun merupakan kuda hasil persilangan. Kuda betina berasal dari Indonesia, sedangkan kuda jantan diimpor dari negara lain seperti Australia dan Amerika.

Kuda-kuda tersebut selalu diberi asupan makanan yang khusus agar staminanya tetap terjaga. Tidak hanya itu, kuda pun selalu dilatih untuk dipersiapkan ikut serta dalam PON 2016. "Kuda-kuda ini tetap dilatih dari hari Senin sampai Sabtu. Kalau hari Minggu libur," kata Udis.

Sutardi (57), salah satu warga yang tinggal di Arcamanik, menceritakan suasana pacuan kuda yang dahulu selalu ramai. Ia pun mengaku sudah beberapa kali menonton lomba pacuan kuda. Ia selalu menonton di lapangan tenis di samping pacuan kuda.

"Kalau pacuan kuda biasa kayak kuda kampung, dari mana-mana banyak yang nonton. Ada delman dari mana-mana, ada dari Bandung Selatan, Bandung Timur, Bandung Utara, semua tumplek di situ," ujar Sutardi di rumahnya di Arcamanik, Jumat (28/2).

Pemandangan tersebut tentunya sudah tidak bisa kita temukan lagi di pacuan kuda Arcamanik. Kini jika kita coba tengok ke area pacuan kuda, kita masih akan menemukan beberapa ekor kuda yang  diliarkan begitu saja. Tidak hanya itu, bahkan ada beberapa kuda yang disewakan kepada anak-anak untuk sekadar berkeliling.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved