Pangdam IV Diponegoro Dicopot
Pangdam IV Diponegoro Mayor Jenderal TNI Hardiono Saroso dicopot dari jabatannya. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad)
"Ini merupakan kebijakan pimpinan, bagian dari evaluasi dan pembinaan organisasi," kata Rukman, saat dikonfirmasi Kompas.com melalui telepon, Sabtu (6/4/2013) pagi.
Menurut rencana, serah terima jabatan akan dilakukan pada Senin (8/4/2013). Selanjutnya, Hardiono akan ditugaskan di Mabes TNI AD. Keputusan pergantian Pangdam IV ini dua hari setelah Tim Investigasi TNI AD mengungkapkan hasil penyelidikan terkait insiden penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, DI Yogyakarta, yang menewaskan empat orang tahanan pada 23 Maret 2013. Hasil investigasi TNI AD menyatakan bahwa penyerangan itu melibatkan 11 orang anggota Kopassus.
Namun, saat ditanya apakah pergantian merupakan bagian dari sanksi atas insiden tersebut, Rukman menekankan, hal ini hanya bagian dari pembinaan.
"Pada intinya adalah bagian dari evaluasi dan pembinaan organisasi. Itu saja," katanya.
Pangdam IV bantah TNI terlibat penyerangan Lapas Cebongan
Pasca-penyerangan Lapas Cebongan, Hardiono sempat menyatakan bantahan atas dugaan keterlibatan anggotanya dalam peristiwa itu. Saat itu, ia memastikan bahwa pelaku bukan prajurit atau anggota TNI. Pelaku merupakan sekelompok orang yang tidak dikenal. (Baca: Pangdam IV: Pelaku Penyerangan LP Cebongan Bukan TNI)
"Sebagai panglima, saya bertanggung jawab penuh dengan semua yang ada di wilayah Kodam IV Diponegoro. Tidak ada prajurit yang terlibat karena hasil jaminan dari komandan satuan mereka bisa mengendalikan semua," jelas Hardiono.
Ia mengatakan, saat ini TNI tengah menyelidiki keterlibatan prajurit dalam penyerangan terhadap empat tersangka pelaku penganiayaan yang menewaskan anggota Komando Pasukan Khusus Kandang Menjangan, Kartasura, Sersan Kepala Santoso. "Yang jelas dan perlu digarisbawahi adalah orang tidak dikenal," ujar Hardiono.
Hardiono juga memastikan bahwa senjata yang digunakan untuk menyerang empat tahanan itu belum tentu milik TNI. Hal itu diketahui karena para pelaku menggunakan senjata laras panjang dan pendek. "Jenis senjata itu juga beredar di masyarakat. Tidak hanya tentara atau aparat saja yang memiliki," katanya. (*)