Isola Menari 12 Jam, Penari Bebas Ekspresikan Gerakan
Yang penting, mereka harus terus menari dan menggerakkan tubuh selama 12 jam untuk mewujudkan Isola Menari 12 Jam.
Penulis: Siti Fatimah | Editor: Darajat Arianto

CUACA sedikit mendung tidak menghalangi semangat sepuluh mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi melenggak-lenggokkan tubuhnya. Meski tanpa diiringi musik atau lagu, mereka tetap asyik menggerakkan kaki, tangan, dan kepala dengan gaya masing-masing.
Mereka memang bebas mengekspresikan gerakan tubuh tanpa harus mengikuti acuan tarian tertentu. Yang penting, mereka harus terus menari dan menggerakkan tubuh selama 12 jam untuk mewujudkan Isola Menari 12 Jam.
Para penari Jurusan Seni Tari dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), STSI Bandung, dan Universitas Surabaya ini ambil bagian pada Isola Menari 12 Jam yang digelar Himpunan Mahasiswa Seni Tari (Himastar), Jurusan Pendidikan Seni Tari Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni UPI di lingkungan Kampus UPI, Jalan Setiabudhi, Selasa (4/12).
Sesuai dengan kegiatannya, mereka harus menari terus-menerus selama 12 jam. Tercatat mereka mulai menari sekitar pukul 09.00 dan berakhir pada pukul 21.00. Kegiatan kali ini mengambil tema Let's Move Your Body.
Patri Eka (22), salah seorang penari, mengaku ia sengaja datang dari Surabaya agar bisa ikut dalam kegiatan ini. Menurut mahasiswa Jurusan Seni Tari angkatan 2009 ini, menari sudah menjadi bagian dalam kehidupannya, tapi baru kali ini ia menjajal menari terus-menerus selama 12 jam.
"Tidak ada persiapan khusus. Yang penting cukup istirahat dan minta doa atau restu dari orang tua untuk pergi ke sini dan ikut kegiatan ini. Itu saja, karena kalau kita senang menjalaninya, kita akan bisa mengerjakannya," katanya saat ditemui dan tetap sambil menggerakkan tubuhnya.
Ia menjadi salah seorang penari lelaki dari dua lelaki yang ikut tim sepuluh penari 12 jam. Ia sendiri tidak berpatokan pada salah satu gerakan tarian pada Isola Menari 12 Jam ini. Ia bergerak dan meliukkan gerakan tubuhnya mengikuti kata hati. Karena baginya menari tidak saja olah tubuh, tapi juga olah rasa. Terlebih kegiatan ini dilakukan di alam terbuka dan lingkungan kampus yang sejuk menambah suasana yang berbeda dan memberi semangat sendiri untuk menggerakkan badan, tangan, kaki serta kepala.
"Basis saya memang tari modern, tapi tarian saya ini mengalir mengikuti gerak tubuh, ekspresi tubuh kita. Yang penting gerakannya memang gerakan berirama dan bukan sekadar asal gerak," kata lelaki yang ingin mengikuti Solo Menari 24 Jam pada tahun depan.
Peserta lainya, Fitri Handayani (19), mahasiswi Seni Tari UNJ Angkatan 2011, juga mengaku kegiatan menari nonstop 12 jam ini juga pengalaman pertamanya. Sebelum memutuskan ikut, ia mempersiapkan diri dengan tidur atau istirahat cukup serta berlatih mengeksplorasi diri.
"Yang penting, agar saya tidak mudah lelah adalah mengatur napas. Dengan mengatur napas yang benar, kita tidak mudah capek," katanya.
Pada kegiatan ini, ia mengaku lebih banyak mengekspresikan gerakan dari tarian-tarian tradisional. Ia pilih gerakan tarian tersebut karena basisnya memang tarian tradisional. Dan ia memilih tarian dari Betawi sesuai dengan asalnya.
Sejak dimulai dan berlangsung hampir dua jam, ia mengaku belum mengalami kendala. Ia berharap bisa menyelesaikan tariannya hingga pukul 9 malam. "Optimistis mampu karena akan menjadi pengalaman sendiri karena terus menari selama 12 jam," katanya.
Meski bersama-sama menari untuk memenuhi tuntutan 12 jam, mereka bergerak sendiri-sendiri dan dalam gaya bebas. Bahkan beberapa penari ada yang mengekspresikan tubuhnya dengan cara berdiri dengan kepala sebagai tumpuan dan kaki di atas. Ada yang menari sendiri, tapi ada juga yang menari duet atau berpasangan. Dan mereka menari tidak hanya di satu tempat, tapi berkeliling kampus. Sebagai titik start, mereka menari di halaman Gedung Isola yang menjadi trade mark Kampus UPI yang juga salah satu heritage di Bandung.
Meski terus-menerus menari, mereka tetap bisa makan, minum bahkan salat bagi yang beragam Islam. Hanya saja, selama makan dan minum mereka harus tetap menggerakkan tubuh serta anggota tubuh lainnya. Hanya saat salat saja mereka benar-benar berhenti menari.
Menurut Ketua Panitia, Dini Herdiani, Isola Menari 12 Jam ini bertujuan tidak hanya membangkitkan kembali seni dan budaya daerah, tapi juga mengajak mahasiswa khususnya mencintai seni budaya bangsa. Karena saat ini pengaruh global sudah membuat generasi muda justru menyukai hal-hal yang berbau asing.
Ia juga mengakui kegiatan ini memang terinspirasi dari Solo Menari 24 Jam. Pihaknya tidak akan menari selama itu karena itu sudah menjadi trade mark Solo. "Selain menari 12 jam, kami juga menampilkan performance dari penari-penari yang ikut ambil bagian. Mereka juga mahasiswa yang datang dari beberapa perguruan tinggi di Indonesia," katanya. (*)