Terinspirasi Sepeda Usang
TAK ada salahnya meniru demi kebaikan. Itulah kiranya yang terpatri dalam pikiran anak muda Bandung
Penulis: Dedy Herdiana | Editor: Ferri Amiril Mukminin
Lelaki kelahiran Bandung 18 tahun lalu yang bernama Hilman M Afrizal ini sudah berjalan setahun lebih tergila-gila dengan sepeda unik yang berukuran tinggi tidak lazim jika dibandingkan dengan sepeda standar.
Bagaimana mau dibilang lazim, hampir setiap orang yang melihatnya pasti akan kaget dan bingung bagaimana cara menaikinya saat akan mulai jalan dan bagaimana cara turunnya saat akan berhenti.
Karena ukuran sedanya sangat tinggi, stangnya saja ada yang setinggi 2,5 meter dari tanah tanah, belum lagi pedalnya yang rata-rata setinggi pinggang orang dewasa, dan sadel (tempat duduknya) berada sekitar 1 meter di atas pedal.
Tak hanya itu keunikan juga kerap ditunjukan oleh panjangnya rantai yang digunakan, karena ada beberapa sepeda tinggi ini harus menggunakan dua rantai standar dengan cara disambung untuk mencapai ketinggian pemutar rantai dengan gir roda belakang yang rodanya tetap harus menempel di tanah.
Ketertarikannya terhadap sepeda tinggi itu ternyata juga mampu menular kepada teman-teman dekatnya atau anak muda lain di Bandung yang kebetulan melihat dan merasa nyaman setelah mencobanya.
Awalnya Hilman hanya seorang diri, namun kini pengikutnya sudah ada puluhan orang yang menyukainya bahkan di Facebook-nya sudah lebih dari 100 orang yang menyukainya.
Tapi hingga sekarang ini para penyuka sepeda tinggi itu baru ada sekitar 20 orang yang memiliki sepeda tinggi di Bandung.
"Awalnya sih saya terinspirasi oleh anak-anak Yogya yang ternyata di sana banyak yang menggunakan sepeda tinggi. Dan ternyata di sana itu sudah ada komunitasnya. Pulang ke Bandung, saya coba membuatnya karena kebetulan saya punya sepeda lama yang sudah tidak dipakai.
Saya coba hidupkan lagi sepeda yang sudah lama usang dengan bentuk yang unik," katanya saat ditemui Tribun di Lapangan Tegallega, Bandung, Kamis (29/3).
Setelah jadi sepeda tinggi, diakui Hilman ternyata sangat mengesankan dan mengasikan. Karena saat dipakai pemandangan menjadi terasa lebih luas.
Selain bermanfaat untuk kebugaran tubuh, menaiki sepeda jangkung ini membuat mata dimanjakan dengan pemandangan yang asik dari ketinggian.
"Sampai akhirnya banyak teman-teman dan yang tadinya tidak kenal pun tergiur untuk membuat sepeda tingggi," tutur Hilman.
Ditegaskan Hilman, selain melahirkan keunikan dan membuat sesuatu yang bombastis, komunitas sepeda tinggi Bandung ini juga memiliki spirit go green. Karena selain sepeda merupakan alat transportasi yang tidak menimbulkan polusi udara juga bahan-bahan yang digunakannya adalah dengan cara merakit batang-batang sepeda bekas yang bisa dibeli di tukang rongsokan atau di pasar loak, sehingga mereka menerapkan prinsip recyle dan reuse.
Setidaknya kalaupun dari batang besi baru, tidak perlu harus merogoh uang yang banyak karena cukup dengan batang-batang sepeda buatan Cina.
Apip Ramadan (20) sebagai anak muda kedua pemilik sepeda tinggi di Bandung, menambahkan karena semakin banyaknya yang menyukai sepeda tinggi, akhirnya dibentuklah komunitasnya pada 4 Maret 2011 lalu, namun hingga sekarang ini komunitas ini belum memiliki sekretariat.
Komunitas yang memiliki semangat kebersamaan ini cukup mengandalkan keseriusan dalam kecintaannya pada sepeda tinggi. Sehingga mereka pun mampu berkumpul rutin setiap Minggu pagi di Car Free Day Dago area Pom Bensin Petronas, dan setiap Jumat malam akhir bulan kumpul di Gasibu.