Tak Hanya Orangtua Siswa, Bupati Tasikmalaya Pun Kritik Sistem Zonasi PPDB, Pesantren Jadi Solusi
Tidak hanya dikeluhkan sejumlah orangtua, Bupati Tasikmalaya, Ade Sugianto pun turut mengkritik sistem zonasi dalam PPDB
Penulis: Isep Heri Herdiansah | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Isep Heri
TRIBUNJABAR.ID, TASIKMALAYA - Tidak hanya dikeluhkan sejumlah orangtua, Bupati Tasikmalaya, Ade Sugianto pun turut mengkritik sistem zonasi dalam PPDB (penerimaan peserta didik baru) 2019.
Menurut Ade Sugianto, adanya sistem zonasi bahkan secara tidak langsung malah memadamkan mimpi para orangtua dan calon siswa.
"Kalau saya, lebih baik tidak ada zonasi. Karena faktanya penyelenggara pendidikan, meskipun silabus sama, pelaksanaan berbeda. Ada trust, mimpi, orangtua," kata Ade saat ditemui, Selasa (25/6/2019).
"Contoh saya punya mimpi anak sekolah di kota, dan saya dari daerah, karena zonasi jadi terhalang. Saya kira persoalan ini bukan hanya pemerataan pendidikan tapi kepercayaan dan semangat," lanjut Ade.
Adapun kesan adanya sekolah favorit baginya itu sesuatu yang wajar dan justru menumbuhkan kompetisi yang sehat dan meningkatkan mutu pendidikan.
• Mayat Pria Paruh Baya Terlentang di Ruang Tengah Rumahnya, Sudah Menghitam dan Berbau Menyengat
"Sekolah favorit itu konsekuensi dari mutu. Jangan kita hindari persaingan tersebut. Justru harus memicu kualitas," jelasnya.
Untuk di Kabupaten Tasikmalaya, tambah Ade, bagi orangtua atau calon siswa yang kecewa karena tidak diterima di sekolah yang diharapkan maka jangan berkecil hati.
Pasalnya di Kabupaten Tasikmalaya begitu banyak pesantren yang bisa dijadikan sebagai solusi kebingungan akibat adanya sistem zonasi.
"Pesantren bisa jadi solusi dari sistem pendidikan yang ada. Begitu banyak pesantren di kita. Pastinya pesantren selain dapat ilmu yang sama di sekolah plusnya dapat ilmu agama," katanya.
• PPDB 2019, Masih Ada Ratusan Kursi Kosong di 17 SMA Negeri di Purwakarta