Meski Terbilang Ekstrem, Warga Selalu Ngabuburit di Jembatan Kereta Api
Ngabuburit sambil menikmati indahnya alam dari ketinggian bisa sedikit melupakan haus dan lapar menjelang berbuka setalah seharian penuh berpuasa
Penulis: Haryanto | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Haryanto
TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA - Ngabuburit sambil menikmati indahnya alam dari ketinggian memang bisa sedikit melupakan haus dan lapar menjelang berbuka setalah seharian penuh berpuasa.
Kegiatan rutin saat bulan Ramadan itu sering dilakukan oleh banyak masyarakat Indonesia di lokasi-lokasi yang diinginkan, tak terkecuali di jembatan rel kereta api.
Seperti halnya yang dilakukan sejumlah warga di perlintasan kereta api di Jembatan Cisomang, Darangdan, Purwakarta.
Sejumlah warga hampir setiap harinya untuk ngebuburit di lokasi yang seharusnya tidak boleh digunakan untuk nongkrong.
• Ngabubrit Sambil Mengenal Kembali Alat Musik Tradisional Karinding di Acara Ngabuburinding
Sebab jembatan kereta api itu bukan diperuntukan bagi masyarakat umum lantaran sangat membahayakan.
Namun, bagi masyarakat di sekitar lokasi, Jembatan Cisomang sangatlah cocok untuk menunggu waktu berbuka puasa.
Para pengunjung mengaku, selain tertarik karena hamparan alam dari atas ketinggian 100 meter yang begitu eksotis, juga suasana dan hawanya terbilang cukup sejuk.
Hal tersebut pun diakui oleh seorang Warga Darangdan, Widia (17) yang sering kali ngabuburit di jembatan kerata api ini.
“Saya sengaja ngabuburit disini karena pemandangannnya sangat memanjakan mata, dan udaranya sangat sejuk,'' ujar Widia saat ditemui sedang ngabuburit, Rabu (22/5/2019).
• Suasana Ramadan di Pedesaan Cianjur: Tadarus, Ngabuburit, Hingga Membuat Akses Jalan di Atas Bukit
Dia menyebut bahwa dirinya bersama ketiga temannya bukan Ramadan kali ini saja menjadikan jembatan kereta api ini tempat ngabuburit.
Diketahui, sejak diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia (RI) ke-5, Megawati Soekarnoputri pada tahun 2003 telah menjadi lokasi favorit untuk ngabuburit setiap tahunnya.
Padahal jembatan yang memiliki panjang 243 meter itu bisa setiap saat dilalui kereta api dari arah Jakarta menuju Bandung atau sebaliknya.
Meski demikian, saat kereta api melintas, para warga itu mengaku tidak takut.
Lantaran saat kereta datang, tampak para warga yang berjajar di sekitar rel kereta berpindah ke pinggir rel yang tidak jauh dari tempat kereta api melintas.