Kisah Dua Mahasiswa Unjani Pencipta Baterai dari Tomat Busuk yang Diganjar Juara dan Bebas Skripsi

Dua mahasiswa Unjani ini berhasil memanfatkan tomat busuk yang dikumpulkan dari petani untuk menciptakan baterai jenis C, di berinama Baterai Tomat

Penulis: Hilman Kamaludin | Editor: Dedy Herdiana
Tribun Jabar/Hilman Kamaludin
Muhammad Abidin dan Fitri Isni Apriliany saat menunjukan baterai dari bahan baku tomat busuk di Kampus Unjani, Selasa (30/4/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin

TRIBUNJABAR.ID, CIMAHI - Dua mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani ( Unjani) Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Informatika, Muhammad Abidin dan Fitri Isni Apriliany ini berhasil memanfatkan tomat busuk yang dikumpulkan dari petani untuk menciptakan baterai jenis C yang diberinama Baterai Tomat ( Bamat).

Tomat busuk tersebut dimanfaatkan mereka untuk dijadikan bahan bakunya hingga bisa tercipta batarai yang bisa digunakan untuk jam dinding untuk yang ukuran kecil, sedangkan baterai ukuran besar bisa digunakan untuk senter.

Abidin menceritakan untuk membuat Bamat, mereka berdua juga memanfaatkan baterei bekas, kemudian isi didalamnya dibongkar menggunakan peralatan obeng minus dan pisau.

Lalu limbah B3 yang terkandung didalam baterai bekas tersebut digabung dengan jus tomat busuk dan dimasukkan lagi ke dalam baterei bekas tersebut, kemudian setelah tercampur, baterai itu di lem.

"Limbah B3 itu digabung dengan tomat busuk yang sudah diproses menjadi jus dan diukur tingkat keasamannya hingga pH stabil. Perbandingannya 50 gram per 50 mili," ujarnya saat ditemui di Kampus Unjani, Selasa (30/4/2019).

Hasilnya kata dia, baterai berbahan baku tomat busuk jenis C tersebut memiliki tegangan 1,025 Volt hingga 1,6 Volt, sedangkan tegangan standar baterai pada umumnya sekitar 1.5 volt.

"Kita sudah melakukan percobaan Bamat ini digunakan untuk menggerakan dinamo, tegangannya bisa mencapai 1.6 volt tapi belum stabil masih naik turun," katanya.

Gandeng API, Cotton USA Perkenalkan Teknologi Terbaru Bagi Pengusaha Tekstil di Bandung

Abidin mengatakan, ide menjadikan tomat busuk sebagai bahan baku baterei tersebut bermula dari rasa keprihatinannya melihat banyak tomat busuk di tingkat petani yang sudah terbuang karena dari total produksi tomat sebanyak 91.6000 ton per tahun, 80 persen diantaranya menjadi tomat busuk.

Sebelum menggunakan bahan baku tomat busuk, awalnya mereka mencoba menggunakan belimbing wuluh, namun bahan baku tersebut sulit ditemukan, sehingga mereka terbesit untuk menggunakan tomat yang mudah dicari.

"Setelah mencoba berbagai variasi komposisi kami berdua bisa menciptakan Bamat yang bisa menyimpan voltase dan baterai ini juga sudah aman digunakan, bahkan jika habis daya bisa diisi ulang," ujar Abidin.

Abidin mengatakan, saat bereksperimen membuat baterai berbahan baku tomat tersebut, keduanya hanya mengeluarkan dana sebesar Rp 48 ribu untuk membeli bahan-bahannya.

Hasil karya inovasi tersebut telah dinobatkan sebagai Juara 1 pada Lomba Karya Tulis Ilmiah National Research Innovation Call for Paper of Agrotechnology (NURSERY) 2019 yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah Malang pada 20 April 2019.

Perawat Harus Melek dan Bijak Manfaatkan Teknologi Informasi, Tak Sebar Hoaks Soal Kesehatan

"Kami berhasil mengalahkan para pesaing dari universitas lain dan ditetapkan sebagai pemenang, tapi kami bakal melanjutkan penelitian hingga mendapat voltase yang benar-benar stabil," ucapnya.

Rektor Unjani Witjaksono mengapresiasi penemuan inovasi dari mahasiswanya tersebut, karena ilmu yang sudah didapat di perkuliahan bisa diterapkan oleh Abidin dan Fitri dalam dunia nyata.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved