16 April Hari Jadi Kopassus, Komandan Pertama Kopassus Ternyata Dimakamkan Tidak Secara Militer

Sesampainya di Yogya, pendiri Kopassus itu mengeluh sakit perut yang amat sangat dan dibawa ke RS Panti Rapih Yogyakarta.

Editor: Ravianto
ist
ILUSTRASI - Prajurit Kopassus 

TRIBUNJABAR.CO.ID, YOGYA - Hari ini, 16 April merupakan hari jadi Komando Pasukan Khusus atau biasa dikenal dengan Kopassus.

Kopassus adalah bagian dari Komando Utama tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat, Indonesia. 

Didirikan oleh Alex Kawilarang, Idjon Djanbi menjadi komandan pertamanya.

Komandan pertama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, Idjon Djanbi diketahui dimakamkan di Yogyakarta.

Namun, tempat peristirahatan terakhirnya bukan di Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Kuncen.

Pemakaman dilakukan setelah ia dinyatakan meninggal dunia di RS Panti Rapih Yogya pada 1 April 1977.

Putra kedua Idjon Djanbi, Heru Sulistya Djanbi, menceritakan kenapa ayahnya bisa dimakamkan di tempat tersebut.

Terakhir, dia bersama keluarga memang bermukim di Subang Jabar setelah ayahnya pensiun dari PTP XXX dan dinas TNI AD.

Idjon Djanbi
Idjon Djanbi (Kolase Tribun Jabar)

Pada tahun 1977, dia, kakak dan ibunya Suyatni, diajak sang ayah pergi ke Yogya untuk menengok keluarga dari ibu. Kebetulan, saat itu dia dan kakaknya Heni sedang libur sekolah.

Sang ayah, Idjon Djanbi saat itu mengemudikan mobil seorang diri dari Subang menuju Yogya dan di tengah perjalanan sempat mengeluhkan sakit perut.

Hari Ini 16 April Dirgahayu Kopassus, Ini Sosok Idjon Djanbi Peletak Dasar Pasukan Komando Khusus

Bikin Heboh Pilpres 2019, Ini Sosok Agum Gumelar, Mantan Danjen Kopassus, 3 Kali Jabat Menteri

Sesampainya di Yogya, pendiri Kopassus itu mengeluh sakit perut yang amat sangat dan dibawa ke RS Panti Rapih Yogyakarta.

Diagnosa dokter ketika itu, Idjon usus buntu dan harus dioperasi. Tetapi, setelah operasi usus buntu dua minggu berikutnya perwira Belanda kelahiran Kanada yang memilih menjadi warga negara Indonesia itu harus kembali dirawat di rumah sakit yang sama karena sakitnya tidak kunjung sembuh.

Tak lama dirawat, sakit Idjon tambah parah karena ternyata usus besarnya yang bermasalah dan jiwanya tidak tertolong.

"Ibu dan keluarga daripada dibawa kembali ke Subang terlalu jauh akhirnya ayah dimakamkan di sini," kata Heru kepada Tribun Jogja beberapa waktu yang lalu.

Pertimbangan tersebut, juga karena ayahnya sudah tidak mempunyai keluarga di Indonesia apalagi di Subang sehingga memilih menguburkan di Yogya. Kebetulan, kakak dari ibunya saat itu mukim di Jalan Parangtritis.

Sejak saat itu, dia dan keluarganya akhirnya memutuskan untuk mukim di Yogyakarta untuk selamanya.

Sebelum pindah di Prawirotaman MG 2/624, dia dan keluarga sempat mukim di Jalan Kaliurang.

"Saat ini ibu masih hidup dan mukim bersama saya di Prawirotaman," sambungnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved