Hidup di Rutilahu di Cipongkor, Yayan pun Punya Keterbatasan Penglihatan dan Pendengaran
Pria yang tinggal di rutilahu di Cipongkor itu adalah Yayan ( 53), mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran sejak setahun terakhir
Penulis: Muhamad Nandri Prilatama | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Muhamad Nandri Prilatama
TRIBUNJABAR.ID, CIPONGKOR- Pria paruh baya asli Kampung Cikawung RT 1/10, Desa Cijenuk, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, mesti berjuang menghidupi empat orang anaknya dari pemberian orang, keluarga, dan warga sekitar yang peduli.
Dia adalah Yayan ( 53) yang mengalami gangguan penglihatan serta pendengaran sejak setahun terakhir ini.
Yayan memiliki empat orang anak, di antaranya Syahrul Gunawan (20), Falahudin (18), Fujiyama (15), dan Muhammad Farhan (12).
Istri Yayan sejak 12 tahun mengalami gangguan kejiwaan dan tinggal di kediaman orang tuanya di Kampung Cilimus, Desa Cijenuk.
Sehari-hari, Yayan tinggal bersama anak bungsunya karena ketiga anak lainnya tinggal di pondok pesantren sedangkan anak bungsunya sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Pasirpogor 1.
Dari pantauan Tribun di lokasi, kediaman Yayan sangat memprihatinkan atau rumah tidak layak huni (rutilahu). Kondisi rumah panggung, berbilik anyaman bambu, dan beralas papan.
• BREAKING NEWS 12 Siswa SMK dan 1 Polhut Tersesat di Bukit, Lebih dari 24 Jam Hilang Belum Ditemukan
• Tak Mau Terus Terpuruk, Istri Zumi Zola Sherrin Tharia Banting Tulang Demi Anak, Jualan Kue & Hijab
Rumah Yayan memiliki tiga ruangan, yakni ruang kamar Yayan, ruang kamar Farhan, dan satu ruangan gudang tempat penyimpanan barang. Keluarga Yayan pun hanya miliki satu unit barang mewah yakni televisi.
Selain itu, kondisi dapur rumah Yayan pun masih menggunakan hawu dan beralaskan tanah. Di bagian depan rumahnya pun sepintas melihat seperti tak berpenghuni karena memang tampak tak layak huni.
Menurut Yayan, selama ini dirinya tak mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah. Sebelumnya, setahun lalu kata Yayan ada dari Desa yang menyebut akan ada perbaikan rumahnya tersebut tetapi hingga saat ini tak kunjung terealisasi.
"Belum, belum ada bantuan dari pemerintah mah. PKH saja belum cair. Saya pun sudah tak miliki penghasilan karena kondisi mata sudah burem dan mendengarpun terbatas," kata Yayan di lokasi, Rabu (3/4/2019).
Dia pun mengaku tak memiliki biaya untuk melakukan pengobatan ke rumah sakit. Ketika masih sehat, Yayan mengaku bekerja sebagai perajin kayu dan kuli-kuli panggul.
"Ya memang masalah penglihatan sudah saya rasakan lama sekali hingga pada 1993 sempat diperiksa ke RS Dustira dan diharuskan membeli alat harganya Rp 650 ribu, uang dari mana? Sampai sekarang belum pernah lagi ke rumah sakit," ujarnya. (*)