Aa Gym: Pemimpin yang Baik Benar-benar Mencintai yang Dipimpin, Meski Ada yang Tidak Menyukainya
"Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang betul-betul mencintai yang dipimpinnya walaupun ada yang tidak menyukainya," tulis Aa Gym.
Dai kondang Abdullah Gymnastiar atau yang kerap disapa Aa Gym menyebutkan karakter pemimpin yang seharusnya menjadi teladan.
Melalui cuitannya, Aa Gym menuliskan pemimpin yang baik adalah pemimpin yang benar-benar mencintai orang-orang yang dipimpinnya.
Ia juga menambahkan, meski seorang pemimpin tak disukai, maka harus tetap mencintai orang-orang yang dipimpinnya.
Begini cuitan Aa Gym yang dituliskan pada Selasa (2/4/2019):
"Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang betul-betul mencintai yang dipimpinnya walaupun ada yang tidak menyukainya," tulis Aa Gym.
Sejumlah warganet pun memberikan tanggapannya terkait cuitan Aa Gym ini.
• Doa dan Amalan Ibadah Memilih Pemimpin yang Amanah, Pemilu 2019 Tidak Akan Salah Pilih
Sebelumnya, budayawan Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun, juga menuliskan kriteria pemimpin yang baik.
Cak Nun menyebut sosok presiden yang ideal untuk Indonesia saat ini adalah pemimpin yang memiliki kesanggupan membawa Indonesia ber-husnul khatimah.
Siapa pun yang akan terpilih menjadi presiden, lanjut Cak Nun, tidak akan menelantarkan rakyatnya atau justru menjadi pelengkap penderita.
Pemikiran Cak Nun ini ia sampaikan melalui situs resminya, Sabtu (30/3/2019).
"Presiden yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia periode 2019-2024 adalah Pemimpin yang punya kesanggupan membawa Indonesia ber-husnul khatimah," tulis Cak Nun.
"Jangan sampai bangsa Indonesia, terutama rakyat kecil di strata bawah,
akan semakin berposisi “pelengkap penderita” dan menjadi korban kamuflase-kamuflase elite politik nasional maupun global," lanjutnya.
• Aa Gym Buka Suara Soal Bersikap Netral di Pilpres 2019, Bantah Komunikasi dengan Romahurmuziy
Selama lima tahun mendatang, Cak Nun berharap agar pemimpin Indonesia bisa kembali membangun nasionalisme demi membangun harga diri Indonesia.
"Jangan sampai vacuum Presiden, tahun 2019-2020 harus ada yang memimpin proses membangun kembali “nasionalisme sejati”,