Banyak yang Bertanya Alasan Maafkan Teroris, Farid Ahmed Sebut Firman Allah Menjadi Alasannya

"Banyak orang bertanya, mengapa saya memaafkan teroris yang sudah membunuh istri saya?" kata Farid Ahmed dengan mengenakan kacamata dan penutup kepala

Editor: Theofilus Richard
AFP/DAVID MOIR
Farid Ahmed (59), selamat dari serangan teroris di masjid Al Noor, Selandia Baru. Namun, sang istri Husna tewas dalam tragedi yang terjadi pada Jumat (15/3/2019) itu. 

TRIBUNJABAR.ID, CHRISTCHURCH - Dengan duduk di kursi roda, Farid Ahmed datang ke Hagley Park Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat (29/3/2019).

Dia hadir dalam peringatan dua pekan tragedi aksi teror penembakan yang terjadi di dua masjid di Christchurch saat shalat Jumat (15/3/2019).

Farid Ahmed menjadi jemaah yang berhasil menyelamatkan diri ketika teroris datang dan menembaki Masjid Al Noor di kawasan Dean Avenue.

Namun, sang istri Husna tewas ketika mencoba menyelamatkan suaminya. Dia menjadi perbincangan tatkala mengucapkan bahwa dia memaafkan si teroris.

Hadir di Hagley seperti diwartakan AFP, dia sekali mengucapkan bahwa dia tidak mempunyai kebencian kepada teroris yang total sudah membunuh 50 jemaah itu.

"Banyak orang bertanya, mengapa saya memaafkan teroris yang sudah membunuh istri saya?" kata Farid Ahmed dengan mengenakan kacamata dan penutup kepala.

"Saya bisa memberikan banyak jawaban. Salah satunya adalah Allah berfirman, jika kita memaafkan orang, maka dia akan mencintai kita," jawabnya.

Kakak Zulfirman Syah Teteskan Air Mata Saat Ceritakan Adiknya, Korban Teror di Selandia Baru

Tidak Benci Pelaku Teror di Selandia Baru, Ahmed Ingin Peluk Teroris yang Bunuh Istrinya

Dia mengungkapkan tidak ingin mempunyai hati penuh dendam, amarah, maupun kekecewaan yang tidak hanya membakar dirinya tetapi juga orang lain.

Dia pun menegaskan ingin memiliki hati penuh belas kasih, cinta, dan pengampunan. Dia tidak ingin punya hati yang bisa membuatnya kehilangan lebih banyak orang.

"Maka, saya pun mengambil jalan damai dan memaafkan dia," ujarnya.

Farid Ahmed berkata, mungkin si teroris mempunyai masa lalu yang buruk sehingga melakukan hal keji seperti itu.

"Saya tidak mendukung perbuatannya. Namun, saya tidak bisa menafikan fakta bahwa dia adalah saudara saya sebagai manusia," ujarnya dikutip CNN.

Menggunakan julukan Christchurch sebagai Kota Bunga, dia pun mengajak seluruh warga untuk bersatu dan memperlakukan orang lain sebagai keluarga.

"Saya berasal dari kultur yang berbeda, Anda juga. Mungkin kita juga berlainan agama. Namun bersama, kita adalah taman bunga yang indah," katanya dilansir Reuters via Malay Mail.

Terdapat keheningan ketika pembawa acara mulai membacakan satu per satu nama dari 50 korban tewas, termasuk juga para korban luka.

Sumber: Kompas
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved