Kisah Korban Terorisme di Selandia Baru, Loncat Hadang Peluru agar Orang Lain Selamat

Yama Nabi terlambat 10 menit untuk melaksakan ibadah Salat Jumat, Jumat (15/3/2019) siang waktu Selandia Baru.

Editor: Fidya Alifa Puspafirdausi
montase (Sumber : Twitter, NZ Herald)
Aksi penembakan brutal yang menewaskan 49 orang terjadi di Masjid An Noor, di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019). 

TRIBUNJABAR.ID - Yama Nabi terlambat 10 menit untuk melaksakan ibadah Salat Jumat, Jumat (15/3/2019) siang waktu Selandia Baru.

Saat tiba di dekat masjid, dia melihat sesuatu yang ganjil.

Yama memarkir mobilnya dan menyuruh putrinya Zahal (6) untuk lari.

Dalam perjalanannya menuju masjid, Yama melewati seorang pria yang tergeletak di dalam selokan.

Pria di selokan itu mengalami luka parah di kepala dan Yama yakin pria tersebut sudah tak bernyawa lagi.

Semakin dekat dengan masjid, Yama melihat seorang pria asal Somalia yang kerap dia temui di rumah ibadah itu.

Pria tersebut bersama putranya, seorang bocah yang diingat Yama selalu bermain di dalam masjid meski seharusnya di menjalankan salat.

Pria Somalia itu bersandar di dinding. Kakinya tertembak.

Di sampingnya tergeletak putra kecilnya, ditutupi jaket sang ayah.

Polisi yang baru tiba di lokasi, melarang Yama masuk ke dalam masjid.

Namun di luar, seorang temannya, Ramazan mengatakan sesuatu berulang kali.

"Ayahmu menyelamatkan nyawaku. Ayahmu menyelamatkan nyawaku," ujar Ramazan di laman Kompas.com.

"Saya tidak bergerak," kata Nabi sambil berdiri di taman seberang masjid sambil menyaksikan polisi bekerja.

Dia mengira, perkataan Ramazan berarti sang ayah, Haji Daud Nabi, membantu kawannya itu melarikan diri.

Namun, Yama tak bisa menemukan ayahnya di mana pun.

Sumber: Kompas
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved