Selama 2018 Guru Bantu Daerah Terpencil di Kabupaten Cirebon Tak Digaji, Pinjam Uang Tabungan Murid
Empat puluh dua guru bantu daerah terpencil di Kabupaten Cirebon tak dapat gaji selama 2018.
Penulis: Siti Masithoh | Editor: taufik ismail
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Masithoh
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Sebanyak 42 guru bantu daerah terpencil (GBDT) di Kabupaten Cirebon belum mendapat gaji selama tahun 2018.
Rata-rata dari mereka sudah mengajar sejak tahun 2005 dan ditempatkan di perbatasan Cirebon dengan Majalengka, perbatasan Cirebon dengan Kuningan, perbatasan Cirebon dengan Indramayu, dan perbatasan Cirebon dengan Brebes.
Satu dari 42 guru itu adalah Sulaeman (50), yang mengajar di SDN Sidawangi 3, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon.
"Selama satu tahun ini belum dibayar. Mekanismenya seperti apa, kami juga sedang mengajukan ke provinsi. Kabupaten Cirebon sendiri sudah melakukan upaya melalui pengusulan anggaran kepada Pemprov Jabar," kata Sulaeman saat ditemui di Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, Selasa (22/1/2019).
Ia menambahkan, pihaknya pun sudah mengajukan pembayaran gaji GBDT melalui APBD murni Pemprov Jabar.
Pasalnya, mereka mendapat SK dari Pemprov Jabar sejak tahun 2005.
"Kami langsung membuat proposal agar gaji dimasukkan. Kami juga sudah sampai ke Bappeda Jabar," kata dia.
Selain itu, mereka juga sudah mengajukan dalam anggaran perubahan Kabupaten Cirebon, tapi tidak terkover, sehingga belum mendapat gaji.
Jika di dalam SK, gaji yang diterima para guru GBDT adalah Rp 2,2 juta.
"Kami juga mendapat SK atas dasar seleksi baik administrasi maupun seleksi tertulis," ucap Sulaeman.
Ia berharap, pemerintah dapat memberikan perhatian kepada GBDT. Pasalnya, keterlambatan gaji tersebut baru dirasakan tahun 2018.
"Setelah saya coba konfirmasi, tahun ini ada beberapa perubahan sistem yang awalnya manual, ternyata berubah menjadi online. Ini mungkin kendalanya," katanya.
Menurut Sulaeman, awalnya Pemprov Jabar menyangka Kabupaten Cirebon tidak mengajukan anggaran, karena masih melalui manual.
Oleh sebab itu, mereka membuat ajuan anggaran kembali melalui mekanisme online.
"Untuk mencukupi kehidupan selama tidak digaji ini, sebagian besar teman-teman saya mengandalkan pinjaman dari tabungan uang sekolah anak-anak. Tentunya, kan, uang itu juga mereka bayar tiap bulannya," katanya.
Sulaeman sendiri, mencukupi kehidupannya melalui usaha untuk menghidupi istri dan kedua anaknya.