Ini Makna Ritual Panjang Jimat Menurut Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon
Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat, menegaskan inti dari ritual panjang jimat bukanlah benda-benda pusaka itu.
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ahmad Imam Baehaqi
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON- Puncak peringatan muludan atau kelahiran Nabi Muhammad SAW di Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, diakhiri dengan upacara panjang jimat, Rabu (21/11/2018) malam.
Dalam ritual itu, sejumlah benda pusaka Keraton Kasepuhan dikeluarkan termasuk piring peninggalan Wali Sanga.
Benda-benda tersebut dibawa oleh abdi dalem dari Bangsal Prabayaksa ke Langgar Agung Keraton Kasepuhan untuk dibacakan Kitab Barzanji.
Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat, menegaskan inti dari ritual panjang jimat bukanlah benda-benda pusaka itu.
Esensi panjang jimat ialah sebuah pusaka yang dipelihara secara terus-menerus oleh masyarakat, yaitu syahadat.
"Masyarakat tidak boleh lepas dari dua kalimat syahadat, dari lahir sampai ajal menjemput," kata PRA Arief Natadiningrat saat ditemui usai ritual panjang jimat.
• Ratusan Warga Padati Lokasi Ritual Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan Cirebon
• Cirebon Power Janji Program Ketenagalistrikan Terus Digulirkan
Ia mengatakan, panjang jimat merupakan singkatan dari "diaji" dan "dirumat" yang berarti dipelajari dan diamalkan kembali.
Arief juga berharap masyarakat tidak mengikuti ritual panjang jimat hanya sebagai tradisi tapi juga bisa meneladani Nabi Muhammad SAW.
Salah satu suri teladan Nabi Muhammad SAW yang bisa dicontoh ialah dalam hal menjaga lisan.
"Karena Rasulullah sendiri dalam berkata santun, baik, dan penuh kedamaian," ujar Arief Natadiningrat.
Ia mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah terpancing oleh berbagai isu yang dapat memecah belah bangsa.
Riwayat Letjen Andika Perkasa yang Akan Jadi KSAD, Lahir di Bandung Hingga Akan Dilantik Jokowi https://t.co/2ORwLHjzWa via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) November 22, 2018
Arief yakin bangsa Indonesia bakal tetap aman dan damai jika masyarakatnya berbicara santun.
"Mudah-mudahan upacara ini juga sebagai silaturahmi yang bisa memberikan keberkahan, membuka pintu rizki, panjang umur dan selamat dunia akhirat," kata Arief Natadiningrat.