Kemarau Panjang dan Air Sumurnya Jadi Tak Layak Konsumsi, Nanih Ingin Buat Saluran Air
Terhitung sejak tiga bulan terakhir, sumur di samping kediamannya, dalam kondisi surut dan air tersebut berwarna kuning pekat.
Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Nanih (52), warga Kampung Neglasari, Desa Hegarmanah, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, terdampak kemarau panjang, berkeinginan membuat saluran air bersih dari mata air langsung menuju rumahnya.
Alasannya, Nanih bercerita, karena selama kemarau melanda setiap tahunnya, ia terpaksa berjalan 500 meter dengan medan menanjak hanya untuk mendapatkan air bersih.
Tetapi, untuk membuat saluran air dari mata air ke tempat penampungan di rumahnya, menurut Nanih, sangat tidak terjangkau, karena terbelit permasalan ekonomi.
Jika Gempa Bumi Akibat Pergeseran Sesar Lembang Terjadi, Cimahi Utara Rasakan Dampak Terparah https://t.co/lC9RlWzYDX via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 5, 2018
"Suami saya cuma bekerja jadi buruh serabutan, untuk kebutuhan sehari-hari saja masih kurang," kata Nanih seusai memgambil air dari sumber mata Neglarasi di Desa Hegarmanah, Jumat (5/10/2018).
Untuk membuat satu saluran air, kata Nanih, dirinya harus mengeluarkan uang sebesar Rp 2 juta, namun ia masih berangan-angan untuk mewujudkan mimpinya itu.
"Susah air ini sudah berlangsung selama tiga kali musim kemarau, jadi setiap harinya harus bolak balik mengambil air, tetangga lain sudah punya saluran," katanya.
Pada kemarau panjang tahun ini, Nanih, seorang ibu rumah tangga yang memiliki tiga orang anak, mengeluhkan susahnya mendapatkan pasokan air bersih untuk kebutuhan memasak dan minum.
• Simulasi Kebencanaan, Ratusan Siswa Panik Bersembunyi di Bawah Meja
Terhitung sejak tiga bulan terakhir, sumur sedalam 11 meter berada tepat di samping kediamannya, dalam kondisi surut dan air tersebut berwarna kuning pekat, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.
Agar pasokan air tetap terpenuhi, bermodalkan dua buah ember ukuran sedang, Nanih setiap harinya harus berjalan menuju mengambil air sumber mata yang masih tersisa, yaitu Mata Air Neglasari.
Berjarak 500 meter dari kediamamnya, Nanih terpaksa berjalan melintasi pematang sawah dan jalan setapak menanjak, hanya untuk mendapatkan air untuk kebutuhan konsumsi keluarganya.
Di usianya yang sudah tidak muda lagi ini, Nanih harus mengangkat dua ember berisi air di tengah terik matahari pada saat itu dan setiap 30 meter sekali, terpaksa berhenti di sisi jalan kecil untuk menghela napas.
• Memperingati HUT TNI ke-73, Kodim Cianjur 0608 Cianjur Gelar Pameran Alutsista
• Nikita Mirzani Tulis Panjang Lebar Soal Kehamilan, Ketenangan Jiwa Dibutuhkan dalam Kondisi Hamil