AS Ungkap Bukti Kekerasan terhadap Warga Etnis Rohingya, Mulai Meneror, Memperkosa hingga Membunuh
Pemerintah Amerika Serikat mengklaim telah menemukan bukti adanya kekerasan sistematis oleh militer Myanmar terhadap etnis warga Rohingya.
TRIBUNJABAR.ID, NEW YORK CITY - Pemerintah Amerika Serikat pada Senin (24/9/2018) mengklaim telah menemukan bukti adanya kekerasan sistematis oleh militer Myanmar terhadap etnis warga Rohingya.
Dilansir Kompas.com, Kementerian Luar Negeri AS merilis laporan tersebut kepada PBB.
Kemenlu AS melakukan studi dengan mewawancarai 1.024 warga etnis Rohingya dewasa yang tinggal di pengungsian, di Bangladesh.
Wawancara digelar pada April lalu.
• Ridwan Kamil Bakal Tinjau Lokasi Kecelakaan di Parungpanjang Bogor
• Para Hacker Rusia Mulai Beroperasi di Pilpres 2019, Pengalaman Beraksi di Pilpres di 8 Negara Lain
Hasil penelitian tersebut konsisten dengan laporan dari kelompok hak asasi manusia.
Namun, sebagian menilai bukti yang disodorkan AS masih tidak memihak korban.
Laporan dari Kemenlu AS tidak menggunakan istilah genosida atau pembersihan etnis untuk menggambarkan pembunuhan massal terhadap Rohingya.
"Survei mengungkap ada kekerasan di negara bagian utara Rakhine secara ekstrem, berskala besar, meluas, dan tampaknya diarahkan untuk meneror penduduk dan mengusir warga Rohingya," demikian laporan dari Biro Intelijen dan Penelitian Kemenlu AS.
"Ruang lingkup dan skala operasi militer menunjukkan serangan yang terencana dan terkoordinasi dengan baik," tulis laporan itu.
Laporan tersebut juga memaparkan pelaku kekerasan menggunakan taktik sehingga korban semakin banyak, misalnya dengan mengunci warga di dalam rumah dan membakar mereka.
• Suami Bella Shofie Ternyata Daniel Rigan, Sahabat: Menari-nari di Atas Penderitaan
• Pelaku Pungli Sopir Truk Raup Rp 60 Juta dalam Satu Bulan
Taktik lain seperti memagari seluruh desa sebelum menembaki kerumunan warga, dan menenggelamkan perahu yang dipenuh ratusan penduduk yang berusaha kabur.
Laporan Kemenlu AS menyebut 82 persen pengungsi Rohingya menyaksikan langsung pembunuhan, dan 52 persen mengalami kekerasan seksual.
Saksi yang berasal dari beberapa desa yang berbeda juga melaporkan adanya pemerkosaan.
Militer mengumpulkan empat hingga lima atau bahkan 20 perempuan etnis Rohinya dan membawa mereka ke ladang, hutan, rumah, sekolah, masjid, atau jamban, kemudian memerkosa mereka secara beramai-ramai.
"Banyak korban dilaporkan dibunuh setelah itu, tapi tidak semua kasus seperti itu," tulis laporan tersebut,