Sebelum Operasi Pembebasan Pesawat Woyla, Pasukan Kopassus Rupanya Sempat Dibohongi Komandan Sendiri
Sang komandan Kopassus rupanya sempat membohongi pasukannya sebelum menumpas pembajak pesawat DC-9 Woyla.
Penulis: Indan Kurnia Efendi | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pernah membuktikan kehebatannya saat operasi pembebasan pesawat Woyla di Thailand pada Maret 1981.
Saat itu, sebuah pesawat DC-9 Woyla milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia dibajak oleh sekelompok teroris yang menamakan diri Komando Jihad.
Kronologisnya bermula saat pesawat 9 Woyla berangkat dari Jakarta pukul 08.00 WIB menuju Bandara Polonia, Medan. Ada 48 penumpang di dalam pesawat. Sebanyak 33 orang terbang dari Jakarta, dan sisanya berasal dari Palembang.
Tak dinyana, pesawat justru dibajak oleh teroris.
Berdasarkan arsip Harian Kompas tanggal 29 Maret 1981, pesawat dengan nomor penerbangan 206 itu kemudian dibelokkan menuju bandara internasional Penang, Malaysia.
Awalnya tidak diketahui siapa otak di balik peristiwa itu namun Departemen Pertahanan dan Keamanan mengatakan bahwa pembajak bisa berbahasa Indonesia.
Para teroris punya permintaan. Mereka menuntut pembebasan 80 orang tahanan yang terlibat dalam penyerangan Kosekta 8606 Pasir Kaliki di Bandung pada 11 Maret 1981.
Selain itu, mereka juga meminta uang tebusan sebesar 1,5 juta dollar AS.
Beberapa jam terbang, tepatnya pukul 11.20 WIB, pesawat mendarat di Malaysia untuk mengisi bahan bakar.
Diketahui, satu penumpang bernama Hilda Panjaitan (76) dibebaskan di sana.
Setelah itu, pesawat menuju Bangkok dan puncak ketegangannya terjadi pada 31 Maret 1981.
Kopassus yang kala itu masih bernama Komando Pasukan Sandi Yudha (Koppasandha) kemudian ditugaskan untuk melakukan operasi penyelamatan sandera dan penumpasan para pembajak.
• Kopassus Terjunkan 142 Personel, Amankan Para Pendaki yang Terjebak di Gunung Rinjani
• Kisah Prajurit Kopassus Pratu Suparlan, Peluru Bersarang di Tubuh tapi Masih Mampu Habisi 83 Musuh
• Kisah Agus Hernoto, Legenda Kopassus Berkaki Satu, Diamputasi Gara-gara Peluru Tentara Belanda
Operasi itu dilakukan setelah Pemerintah Thailand memberi izin kepada pasukan komando Indonesia untuk bergerak.
Adapun yang memimpin pasukan adalah Letkol Infanteri Sintong Panjaitan yang kala itu menjabat sebagai Asisten 2/Operasi Kopassandha.
Ada pula tiga orang perwira menengah yakni, Mayor Sunarto, Mayor Isnoor, dan Mayor Subagyo HS. Ketiganya memimpin operasi di lapangan.