Warga Dua Desa di Grobogan Ini Dilarang Saling Mencintai, Ini Awal Mulanya
Sesampainya di Desa Ngombak yang dipusatkan di Balai Desa dan lapangan setempat, hajatan besar telah menanti mereka.
TRIBUNJABAR.ID, GROBOGAN - Ribuan warga Desa Karanglangu, Kecamatan Kedungjati, Grobogan, Jawa Tengah menggelar tradisi Asrah Batin, Minggu (29/7).
Mereka menyeberangi Sungai Tuntang setempat dengan lebar 15 meter menuju Desa Ngombak yang ada di seberang sungai.
Asrah Batin merupakan tradisi budaya yang sudah berumur ratusan tahun silam yang saat ini masih dilestarikan oleh desa Karanglangu dan Ngombak.
Warga desa Karanglangu berduyun-duyun melewati melintasi sungai sedalam 70 sentimeter berarus deras tersebut, sementara di seberang warga desa Ngombak menyambut kedatangan warga desa tetangga mereka itu dengan sumringah.
Warga desa Ngombak bahkan menyiapkan acara penyambutan mulai menyiapkan relawan untuk berjaga-jaga di sungai terdiri dari TNI/Polri dan perwakilan warga.
Para tamu dari desa Karanglangu juga disambut hiburan kesenian disertai hidangan khas Jawa yang amat banyak jumlahnya.
Warga Desa Ngombak yang telah lama menunggu kedatangan warga Desa Karanglangu menyongsong dengan penuh kehangatan.
• Mahfud MD Bongkar Rahasia: Orang yang Sok-sokan Ingin Ganti Pancasila Karena Tak Kebagian Kekuasaan
• Pernah Jadi Napi, Antasari Azhar Turut Komentari Sel Mewah di Lapas Sukamiskin
Sesampainya di Desa Ngombak yang dipusatkan di Balai Desa dan lapangan setempat, hajatan besar telah menanti mereka.
Dalam tradisi yang digelar setiap dua tahun sekali ini, Kepala Desa Karanglangu dan perangkat Desa Karanglangu dijemput pihak Desa Ngombak menggunakan rakit yang dihias sedemikian rupa.
Tradisi Asrah Batin ini imulai dari pagi hingga siang hari.
Bahkan ribuan pengunjung dari luar daerah juga datang untuk melihat prosesi Asrah Batin.
Hadir dalam kegiatan ini Bupati Grobogan Sri Sumarni beserta jajarannya serta Ketua DPRD Kabupaten Grobogan Agus Siswanto.
"Tradisi Asrah Batin merupakan peninggalan budaya Kabupaten Grobogan yang sarat akan makna toleransi," kata Bupati Grobogan Sri Sumarni seperti dikutip dari Kompas.com.
"Tradisi ini patut dilestarikan sebagai penanda bahwa warga Grobogan adalah orang-orang yang berbudi luhur."

Kedhana dan Kedhini adalah Raden Sutedjo dan Roro Musiah yang diyakini warga sebagai pendiri desa Karanglangu dan Desa Ngombak.