Perajin Bendera di Garut Kewalahan, Jelang Peringatan Hari Kemerdekaan Pesanan Meningkat
Para perajin bendera di Kampung Babakan Sari, Desa/Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, mengaku, kewalahan karena mendapatkan banyak pesanan dari . . .
Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi
TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Para perajin bendera di Kampung Babakan Sari, Desa/Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, mengaku, kewalahan karena mendapatkan banyak pesanan dari berbagai tempat di seluruh Indonesia.
Selain memproduksi bendera para perajin bendera di kampung tersebut, memproduksi umbul-umbul, baliho, dan backdrop bermotif merah putih.
Salah seorang perajin, Arijano, selama musim perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, seluruh pengrajin disibukkan untuk memproduksi berbagai jenis macam bendera.
• Mahfud MD Bongkar Rahasia: Orang yang Sok-sokan Ingin Ganti Pancasila Karena Tak Kebagian Kekuasaan
• Pelatih Persib Bandung Senang Pemain Lokal Cetak Gol Lagi
"Mulai sibuk sejak bulan maret hingga mendekati hari kemerdekaan," kata Arijano kepada Tribun Jabar di Kampung Babakan Sari, Selasa (31/7/2018).
Dari produksi bendera itu, kata Arijano, perputaran uang mencapai diperkirakan mencapai angka hingga puluhan miliar dan dipasarkan ke berbagai kota, di antaranya, Bandung, Jakarta, Bekasi, Bogor, Depok, Makassar, hingg Banda Aceh.
"Bayangkan saja, satu produksi rumahan memiliki omzet sampai puluhan juta ada ratusan produksi rumahan yang berkecimpung didunia produksi bendera," katanya.
Pakai Helikopter, Jenazah Pendaki di Gunung Rinjani Akan Dievakuasi Pagi Ini https://t.co/CqiJansdPJ via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 31, 2018
Untuk menyiasati kewalahan produksi, kata Arijano, dibagi ke dalam beberapa kelompok, di antaranya, kelompok penjahit, pemotong, penyortir dan penjual.
"Kalau saya hanya tiga saja, untuk jual saya serahkan kepada yang lain. Saya fokus untuk menjual saja," katanya.
Arijano mengatakan, hanya untuk mendapatkan bendera-bendera buatan warga Desa Leles, banyak dari warga kota luar sengaja menginap, untuk mengintip proses produksi.
"Awalnya mereka membeli, tetapi mereka pun ada yang mengambil ilmu. Berarti persainga sudah ketat, tinggal pertahankan kualitas saja," katanya. (*)