Kisah Komandan Kopassus yang Dikenal Sangat Disiplin, Bikin Anak Buahnya Terbelalak dan Jawab 'Siap'
Dia adalah Moeng Parahadimulyo. Saat dilantik sebagai Komandan RKPD pada 3 Agustus 1958, Moeng berpangkat letnan kolonel.
Penulis: Indan Kurnia Efendi | Editor: Yudha Maulana
TRIBUNJABAR.ID - Pada tahun 1964, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) masih bernama pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).
Saat itu, RPKAD punya seorang komandan yang dikenal sangat disiplin dan keras terhadap anak buahnya.
Dia adalah Moeng Parahadimulyo. Saat dilantik sebagai Komandan RPKAD pada 3 Agustus 1958, Moeng berpangkat letnan kolonel.
Dilansir Intisari dari buku Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando karya Hendro Subroto, Moeng tidak hanya memberikan perintah kepada anak buah, tapi juga memberikan contoh nyata.
Salah satu prinsipnya adalah setiap prajurit RPKAD alias Kopassus harus bisa memenangkan pertempuran serta bertahan hidup (survival) ketika sedang berada di hutan selama berhari-hari walau hanya bersenjata sebilah pisau komando.
Kendati demikian, Moeng juga dikenal gemar menerapkan hidup sederhana.
Moeng pernah melaksanakan inspeksi ke lokasi pendidikan siswa komando di Citatah, Bandung, Jawa Barat.
Dalam suatu latihan survival, diketahui ada seorang siswa komando yang menangkap ular sanca.
Ular itu pun langsung dikuliti dan terdapat 20 telur di dalam perut ular itu.
Disebutkan telur-telur ular sanca itu menyerupai untaian batang rokok berderet memanjang dan masih terbungkus balutan lemak yang tebal.
Moeng kemudian mengambil sekitar enam untauan telur sanca dan lemaknya lalu menelannya mentah-mentah dalam sekejap.
Semua siswa komando dan para instrukturnya hanya bisa terbelalak melihat aksi Moeng itu.
• Kopassus Ditugaskan Bebaskan Sandera, Letkol Sintong Kelabui Pasukannya Sendiri Demi Kesuksesan Misi
• Misi Super Rahasia Sersan Badri di GAM, Intel Kopassus yang Nyamar Jadi Pedagang Durian
Para siswa dan pelatih pun hanya bisa menjawab, ‘Siap...!’ ketika diperintahkan untuk menelan telur-telur sanca yang masih terbalut lemak dengan cara seperti dilakukan oleh Moeng.
Kehebatan Moeng tak hanya itu saja. Saat menjabat sebagai komandan RPKAD, Moeng pernah terjun ke mendan operasi memimpin RTP 1 untuk Merebut Kota Tondano.
Dalam masa kepemimpinan itu terjadi perubahan baret prajurit dari warna coklat (seperti baret artileri) menjadi warna merah.