Otak Aksi Bom Bunuh Diri di Thamrin Aman Abdurrahman Sujud Syukur Saat Divonis Mati

Merespon hukuman mati, Aman yang duduk di kursi pesakitan langsung berdiri menunjukkan jari telunjuk ke arah ata

Editor: Yudha Maulana
Warta Kota/Adhy Kelana
Sidang lanjutan kasus teror bom di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, dengan terdakwa Aman Abdurrahman kembali digelar di PN Jakarta Selatan, Selasa (6/3). Sidang ini beragendakan keterangan saksi Saiful Muhtorir. 

TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Terdakwa kasus sejumlah teror di Indonesia, Aman Abdurrahman divonis hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Hakim ketua, Akhmad Jaini menyatakan, Aman terbukti terlibat sebagai otak bom bunuh diri di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada 2016 lalu.

"Menyatakan Aman Abdurrahman atau Abu Sulaiman telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana terorisme. Pidana terhadap terdakwa dengan hukuman mati dengan barang bukti dari nomor 1 sampai 11," ujarnya di ruang sidang utama Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat (22/6/2018).

Merespon hukuman mati, Aman yang duduk di kursi pesakitan langsung berdiri menunjukkan jari telunjuk ke arah atas.

Ia yang mengenakan gamis biru muda dengan sorban hitam langsung bersujud syukur.

Baca: Benarkah Tike Priatnakusumah Sudah Punya Firasat Sebelum Ibunda Meninggal?

Sekira sepuluh polisi bersenjata laras panjang langsung menghampiri Aman. Mereka berbaris membuat barikade, "Petugas minggir, tidak apa-apa," ucap Akhmad Jaini.

Menanggapi vonis tersebut, penasihat hukum Aman, Asrudin Hatjani mengatakan, pihaknya masih akan memikirkan banding atas putusan tersebut.

"Pikir-pikir," ujarnya.

Sidang vonis Aman dimulai sekira pukul 08.40 WIB berakhir pada pukul 11.17 WIB.

Baca: 3 Hal dari Ginan Vokalis Jeruji Ini yang Membuat Ridwan Kamil Terinspirasi

Putusan hakim pada sidang hari ini tidak berbeda dengan tuntutan yang diajukan Jaksa penuntut umum pada sidang Jumat (18/5/2018).

Sebelumnya, jaksa menuntut Aman Abdurrahman hukuman mati karena diyakini menjadi penggerak sejumlah teror di Indonesia. Yakni aksi teror bom di gereja Samarinda pada 13 November 2016, bom Thamrin pada Januari 2016, bom Kampung Melayu pada 24 Mei 2017, serta penusukan polisi di Sumut dan penembakan polisi di Bima pada 2017.(Tribunnews/Dennis Destryawan)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved