Lelang 20 Ton Kopi di Gedung Sate, Pembeli Masih Menunggu dan . . .

Manager Lelang Koperasi Pasar Lelang Jawa Barat, Yoke Dj Sidik, pun menawarkan satu per satu lot kepada para buyer dengan harga . . .

TRIBUN JABAR/M SYARIF ABDUSSALAM
Lelang 20 ton kopi asal perkebunan Pangalengan yang digelar Koperasi Pasar Lelang Jawa Barat di Gedung Sate, Jumat (11/5/2018), 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Lelang 20 ton kopi asal perkebunan Pangalengan yang digelar Koperasi Pasar Lelang Jawa Barat di Gedung Sate, Jumat (11/5/2018), berakhir tanpa satu pun transaksi. Belasan buyer yang menghadiri lelang tersebut memilih menunggu sampai lelang berikutnya.

20 ton kopi jenis arabica dari perkebunan Kertamanah di Pangalengan tersebut awalnya dibagi dalam 20 lot. Masing-masing lot sebesar 1.000 kilogram. Kopi ini memiliki kadar air 12 sampai 14 persen dengan bentuk green bean yang diproses secara wet process atau dry hulling.

Manager Lelang Koperasi Pasar Lelang Jawa Barat, Yoke Dj Sidik, pun menawarkan satu per satu lot kepada para buyer dengan harga Rp 55 ribu sampai Rp 65 ribu per kilogram. Terdapat 15 lot kopi hasil panen 2016 dan 5 lot kopi hasil panen 2017.

Baca: Ini Contoh Kampanye Terselubung di Bulan Ramadhan, Bawaslu Jabar Ingatkan Paslon Tidak Lakukan Itu

Baca: Ibu Penusuk Bripka Marhum Ungkap Gerak-gerik Tendi Sumarno, Tak Disangka Anaknya Begini

Beberapa buyer mengangkat telponnya sambil berjalan di koridor sekitar Aula Gedung Sate yang menjadi tempat lelang tersebut. Mereka menawarkan kembali kopi yang dilelang tersebut kepada orang lain, menggunakan bahasa Inggris.

Sementara beberapa di antaranya terlihat memilih mencicipi kopi yang ditawarkan. Beberapa buyer tampak sibuk bercakap-cakap dengan buyer lainnya. Namun sampai akhir penawaran, tidak ada satupun buyer yang menawar harga atau mengusulkan harga.

Yoke kemudian menutup lelang tersebut dan menyatakan lelang kopi kelima yang diselenggarakan koperasinya ini tanpa transaksi. Yoke mengatakan hal ini normal, hal serupa terjadi pada empat lelang sebelumnya.


"Buyer masih wait and see, masih bergaining. Seperti lelang-lelang sebelumnya, sepertinya mereka akan negosiasi lagi dan kalau mereka memohon ada lelang lanjutan, kita bisa gelar lagi," kata Yoke saat ditemui seusai lelang tersebut.

Yoke mengatakan buyer masih menawarkan harga yang rendah, jauh di bawah angka permintaan petani, yakni Rp 35 ribu per kilogram. Jika negosiasi berjalan buntu, 20 ton kopi ini akan dilepas ke pasaran.

Lelang kopi, katanya, membantu petani menjual dengan harga terbaik dari kopi yang dipanen dan diolahnya. Dengan lelang, petani dapat menjualnya langsung kepada eksportir atau pedagang kopi.

Lelang kopi, katanya, merupakan pelaksanaan Peraturan Gubernur Jabar Nomor 44 Tahun 2017, yakni untuk melakukan pembinaan dan pengembangan kopi dari hulu sampai hilir, dari produksi sampai distribusi.

12 juta bibit kopi yang dibagikan gratis oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan untuk ditanam di Jawa Barat, katanya, akan dipanen lima tahun lagi. Akhirnya, panen kopi pun akan melimpah dan akan terjadi penurunan harga kopi. Inilah yang diantisipasi oleh koperasi lelang.

Produsen kopi yang juga merupakan pedagang kopi asal Kota Bandung, Iswara (60), mengatakan dirinya masih mempelajari lelang yang baru pertama kali diikutinya tersebut. Iswara mengatakan kualitas kopi yang dilelang tersebut sangat baik, namun dirinya menginginkan lelang dalan jumlah lebih kecil.

"Masih wait and see saja dulu, menunggu lelang selanjutnya. Kalau partai besar, agak susah dijualnya lagi. Kita harus tahu juga ya penyimpanan kopi di gudangnya seperti apa," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved